Smart Farming konsep besar tantangan Sulawesi Tengah bagi petani dan industri, dalam mendukung pembangunan IKN. Grand Desain ini, diklaim meningkatkan produktivitas dengan analisis data yang tepat.
Smart Farming menjadi solusi yang dapat digunakan untuk memasok dan penyangga pangan Ibukota Negara Baru (IKN) dan memenuhi pangan industri pertambangan di Sulawesi Tengah. Program itu diklaim dapat meningkatkan pendapatan petani dan industri lokal.
Gagasan smart farming tersebut di definisikan sebagai sistem pengelolaan pertanian dan industri berbasis teknologi yang dapat membantu meningkatkan hasil produksi secara kuantitas.
Baca Juga : Satu Paket Menggasir Anggaran
Hal itu dikatakan oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdi Mastura melalui pers rilis yang dibuat oleh Tenaga Ahli Bidang Komunkasi Publik, dijelaskan bahwa teknologi smart farming ini adalah salah satu Grand Desain untuk menjawab Provinsi Sulawesi Tengah yang menjadi salah satu dari lima provinsi yang ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai daerah penyangga pangan dan industri dalam upaya mendukung pembangunan IKN di Penajam Paser Utara dan sekitarnya.
Dalam menghadapi kebangkitan ekonomi, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menunjukan bahwa penerapan smart farming mampu membantu berbagai kegiatan dibidang pertanian dan industri serta berpotensi meningkatkan pendapatan dan berkelanjutan.
Smart Farming ini juga dikembangkan sebagai salah satu respon pemerintah Sulawesi Tengah terhadap perubahan dan perkembangan teknologi global.
Baca Juga : NGERI-NGERI SUAP…!
Pada Juli 2022 ini, Sulawesi Tengah salah satu Provinsi terbesar ketiga Nasional dengan nilai investasi mencapai Rp30,03 triliun.
Investasi itu disebutkan didominasi oleh sektor pertambangan. Ada industri pertambangan dan ada usaha pertambangan, keduanya sangat membutuhkan pasokan pangan yang tidak hanya cukup Kontiyuitas tapi quality dan quantity.
Saat ini berdasarkan laporan data, Sulawesi Tengah memiliki lahan tidur baik status APL (areal penggunaan lain), lahan negara dan masyarakat mencapai 200 ribu hektare.
Data itu, sudah dilaporkan Gubernur Rusdi Mastura kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, saat audiens beberapa waktu yang lalu di Jakarta.
Baca Juga : Cuan Rame-Rame di Lahan Huntap
Untuk menunjang program itu, konsep Smart Farming di break down terlebih dulu dan dibagi menjadi beberapa Proyek Strategis Nasional Indonesia salah satunya dibidang ketahanan pangan, diantaranya Kawasan Pangan Nasional (KPN) di Talaga Kecamatan Dampelas seluas 1.132 hektare. Saat ini sedang pembangunan infrastruktur jalan ke lokasi dan penyiapan lahan.
Kegiatan itu melibatkan sejumlah tokoh masyarakat setempat yang didampingi oleh tim percepatan penyiapan KPN Sulteng.
Di KPN tersebut direncanakan komoditas hortiluktura, diantaranya buah buahan, dan kebutuhan pangan lainnya. Konsep itu adalah agro industri yaitu kontinuitas, kualitas dan kuantitas.
Baca Juga : Ragu Ragu Sentuh Eman !
Selain di wilayah Kabupaten Donggala, KPN juga disiapkan diwilayah Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi dengan total keselurahannya mencapai 200 ribu hektare.
Penjabaran dari program dengan grand desain Smart Farming tersebut tentunya akan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dengan meningkat fiskal daerah, menurunkan angka kemiskinan dan menjadikan Sulawesi Tengah menjadi maju dan sejahtera.
Hal itu sejalan dengan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdi Mastura dan Ma'mun Amir, yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2029 mendatang. Kedepan di Sulteng tidak ada lagi Lahan tidur, yang ada adalah orang tidur di lahan bekerja.