Pembangunan Jembatan Bahomoteve I sudah mencapai progres 60 -an persen sehingga proyek ini bakal rampung sesuai dengan kontrak pada bulan Desember 2019 mendatang.
Tidak lama lagi, warga Desa Bahomoteve, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, akan menikmati jembatan baru yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemukiman Rakyat (Kemen PUPR) melalui Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN XIV Palu).
Pembangunan jembatan ini dinantikan warga. Sepanjang tahun 2017, mereka harus was-was ketika melewati jembatan darurat karena jembatan utama rusak. Selain itu aktifitas perekonomian dan sekolah terganggu akibat rusaknya Jembatan Bahomoteve I.
Jembatan Bahomoteve I sekarang ini dalam masa pembangunan yang dimulai awal April 2019 lalu. Pembangunannya sudah mencapai 60% di akhir Agustus.
“Untuk Jembatan Bahomoteve I progresnya tidak ada hambatan, hingga akhir Agustus ini sudah mencapai bobot enam puluh persen” kata Kepala BPJN XIV Palu Satrio Utomo, melalui PPK 3,7 Satker PJN wilayah III Nurhasnah, yang dihubungi Koran Trilogi, 28 Agustus lalu.
Baca Juga : AKIBAT BANJIR PRESERVASI JALAN TOMBET DIHENTIKAN SEMENTARA
BPJN XIV Palu melalui Satker PJN wilayah III menargetkan proyek Pembangunan jembatan dengan nomor kontrak HK.02.03/Bb14/PJN III/PPK-3.7/01/2019 senilai Rp 15,9 miliar bisa digunakan awal tahun 2020. Jembatan dengan bentangan 38 meter ini dirancang untuk mengurai kemacetan di jalur trans Sulawesi yang terintegrasi dengan provinsi Sulawesi Tenggara.
Sementara itu, kata Nurhasnah, proyek yang mulai digarap April lalu yang dikerjakan oleh PT Putera La Terang, kini telah menyelesaikan pemancangan dan tahap pengecoran abutmen dan menunggu kiriman material girder untuk balok penyangga jembatan. Pemasangan girder ditargetkan selesai pada bulan Oktober.
“Insya allah pelaksanaanya tepat waktu sesuai dengan kontrak” singkatnya.
Baca Juga : METODE BARU PENANGKAL EXPANSIFE
Pembangunan jembatan Bahomotefe ini terus dikebut. PT Putera La terang tidak hanya melakukan pengerasan struktur, melainkan juga memasang balok girder untuk bagian penyangga jembatan. Ada 7 girder yang rencana dipasang di jembatan dengan bentang 38,6 meter. Saat ini pihak kontraktor PT Putera La Terang sedang menyelesaikan pengecoran abutmen jembatan sembari menunggu kiriman material beton girder sebagai balok penyangga jembatan dari Makasar.
“Kami sudah melakukan pengecoran abutmen jembatan mudah-mudahan tidak ada hambatan sehingga progresnya selesai tepat waktu, doakan cepat selesai,” kata Subhan yang ditemui disela-sela kesibukanya di Palu belum lama ini.
Untuk pekerjaan jembatan dengan metode pemasangan bentangan girder, kata Subhan, biasanya sering terjadi keterlambatan akibat pengiriman material girder dan tim pemasangan yang didatangkan langsung dari perusahaan produksi beton pracetak dari kota Makasar.
“Biasanya keterlambatan dengan team dari WIKA, karena kontrak Girder pengadaan dan pemasangan dengan WIKA Beton Makasar. Selama ini banyak terjadi keterlambatan karena tim pemasangan dari pihak WIKA yang terbatas” Jelasnya kepada Koran Trilogi.
Subhan mengatakan pengerjaan abutment berikut pilar jembatan merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu lama. Selain menunggu kering, juga untuk persiapan meletakkan badan jembatan yang berupa beton pracetak.
“Konstruki badan jembatan menggunakan beton pracetak. Untuk pemasangan, tentu harus menunggu pilar jembatan yang baru dicor, benar-benar kering. Setelah itu baru pengerjaan badan jembatan” pungkasnya.
Subhan menambahkan, bentang Jembatan Bahomotofe I sepanjang 38,6 meter dan lebar 14 meter. Namun demikian, untuk pembangunan jembatan tersebut harus membuat akses jalan masuk alat berat dan material jembatan, dengan itu pihak management PT Putera La Terang akhirnya berinisiatif untuk membantu pemerintah dengan membebaskan satu unit rumah dan lahan warga seharga Rp205 juta untuk kepentingan pembangunan jembatan.
“Untuk proyek jembatan ini ada satu rumah warga saya bayar untuk diambil buat kepentingan pembangunan jembatan sebesar 200 juta dan lahan warga 5 juta jadi total 205 juta semua yang diserahkan disaksikan langsung oleh kepala desa. Hal ini hanya ingin menyelematkan agar pembangunan jembatan ini tidak terhambat. Kami optimis pekerjaan dapat selesai sesuai waktu yang ditentukan. Cuaca memang salah satu kendala, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan lebih mengintensifkan pekerjaan. Apabila memang dibutuhkan, tenaga kerja juga siap ditambah,” tegasnya.
Jembatan Bahomotefe I ini merupakan penghubung utama antara ibu kota Kabupaten Morowali dengan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang berlokasi di desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, sebuah kawasan indusri pertambangan nikel terbesar di Indonesia yang mempekerjakan sekitar 35.000 tenaga kerja.
Dengan dibangunya jembatan permanen Bahomotefe I ini, praktis jalur trans Sulawesi akan memacu pertumbuhan ekonomi khsusnya masyarakat Kabupaten Morowali dan kawasan industry dan juga mengurai kemacetan jalur hubungan darat baik dari arah Palu, ibu kota Sulawesi Tengah maupun dari arah Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara.
Irsan salah satu warga yang berdomisili di desa Kolono yang dihubungi dari Palu mengaku senang dengan dibangunya jembatan permanen di Bahomotefe oleh Pemerintah pusat. Menurutnya selama ini, dirinya sekaligus mewakili keresahan masyarakat pengguna jalur trans Sulawesi itu, mengaku tidak lagi merasa was-was untuk melintasi jembatan yang dulunya hanya jembatan darurat yang telah rusak.
“Alhamdulilah kami senang jembatanya sudah diperbaiki. Kalau jembatan ini jalan kami hari-hari kalau mau ke IMIP. Kalau mau berangkat kerja atau pulang kerja jalur ini ramai sekali apalagi sudah banyak rusak, jadi rasa takut mau lewat itu pasti ada. Sekarang kan sudah diperbaiki, pokonya senang sudah dibangun kembali jembatanya” singkatnya kepada Koran Trilogi melalui sambungan telefon Minggu 9 September 2019.