SUKSES JBM MENGGENJOT JALAN
Para ahli dibidang kontruksi jalan nasional, di Provinsi Sulawesi Tengah, tahu benar penangkal jalan yang terindikasi Expansife itu. Jika istilah dalam dunia kesehatan, kemoterapi itu adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit, maka kemoterapi itu sangat menyakitkan. Dalam bidang kontruksi jalan, expansife itu adalah bagian dari penyakit yang harus ditangani dengan metode baru dan penanganan khusus.
Kini ada peluang menggantikan proses penyembuhan tersebut dengan cara yang lebih menyenangkan. Para ahli kontruksi jalan dilingkup Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN XIV) Palu, melalui Satuan Kerja (Satker) P2JN dan Satker PJN Wilayah III ini, menemukan solusinya. Mereka menggunakan kombinasi metode inovatif penggunaan plastic geomembran, kemudian diaplikasikan secara sempurna yang dikerjakan oleh PT Jaya Bersama Makmur (JBM).
Penyakit jalan raya sesungguhnya berada didalam tanah. Bila suatu saat jalan ambelas, bergelombang, dan lapisan aspal mengelupas, berarti ada sesuatu tidak beres pada tanah menyanggahnya. Dahulu penanganan ruas jalan yang terindikasi expansife hanya cepat-cepat membuat lapisan aspal baru diatasnya. Penanganan semacam iu mirip pengobatan simtomatis , seperti orang pening diberi anti puyeng dan tak menghilangkan penyakitnya.
Sejak Tahun 2017 hingga saat ini, pihak BPJN XIV Palu, melalui Satker PJN Wilayah III telah menemukan solusi itu. Dengan ditopang anggaran yang cukup besar, akhirnya metode penanganan ruas jalan expansife melalui penggunaan plastic geomembran adalah solusinya. Kini ruas ruas jalan yang masuk kategori jalan expansife diseparuh jalan ruas Tomata – Beteleme, Kabupaten Morowali Utara , kini mulus dan tidak ditemukan jalan bergelombang.
MEMBELAH BUKIT MENGURUK JURANG
TA 2018 lalu, PT Jaya Bersama Makmur (JBM) dipercaya untuk menggarap separuh jalan yang terindikasi expansife itu. Ruas Tomata – Beteleme segmen IV yang digarap oleh PT JBM sepanjang 4,6 Kilometer dengan nilai kontrak sebesar Rp48 Miliar itu kini telah fungsional. Meskipun meleset dari tenggat akibat dampak ekonomis pada bencana pada 28 September lalu, namun pihak PT JBM mampu menyelesaikanya secara sempurna.
“Teknologi yang dikembangkan oleh pihak BPJN yang diadopsi dan diterapkan dilapangan, dan sejauh ini semuanya dapat diselesaikan. Dengan demikian, secara tekhnis semua tantangan dapat dituntaskan sehingga pekerjaan berjalan sesuai dengan yang direncanakan,” kata Direktur Utama PT Jaya Bersama Makmur (JBM), Darmawan Liyanto, melalui Direktur Tekhnis PT JBM, Subhan, ST, belum lama ini.
Sebagai salah satu kontraktor terkemuka, PT JBM memiliki pengalaman menangani proyek besar di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, baik APBD maupun APBN. Untuk pekerjaan infrastruktur jalan, PT JBM sendiri, pernah mendapat kepercayaan sebagai kontraktor dalam menggarap proyek-proyek pelebaran jalan nasional terlebih pada ruas Tomata-Beteleme sepanjang 6 kilometer yang dibiayai dana APBN (multy years contract-MYC) 2015-2018 senilai Rp277 miliar.
Proyek ini dikerjakan tiga kontraktor ketika itu yakni PT.Tunggal Mandiri Jaya, PT.Multi Graha Istika Makmur dan PT. Jaya Bersama Makmur. Dua paket lainnya adalah rekonstruksi jalan Tomata-Beteleme 2 sepanjang enam kilometer dengan dana APBN 2017 Rp50,4 miliar dan rekonstruksi jalan Tomata-Beteleme 3 dengan dana APBN 2017 senilai Rp37 miliar. Pengalaman dan reputasi yang baik inilah menjadi dasar pihak BPJN XIV Palu melalui Satker PJN Wilayah III bekerjasama dengan PT JBM, sehingga objective menghadirkan ruas jalan sepanjang 4,6 Kilometer yang direncakana dan terealisasi sepanjang 4,8 Kilometer ini dengan kualitas baik menjadi terwujud.
“Pada ruas tersebut memang ada beberapa titik yang ambles setelah ditangani oleh tim kami dilapangan, tetapi itu bukan karena kesalahan konstruksi tetapi karena kondisi tanahnya yang memang sangat ekspansif dan ditangani secara khusus. Alhamdulilah 3 Januari lalu sdh PHO,” kata Subhan, ST, kepada trilogi.co.id.
Kasatker PJN Wilayah III, Moh Taufik, melalui PPK-15 Jimmy Adwang, ditemui disalah satu tempat ketika itu menjelaskan proyek pembangunan ruas jalan strategis di Sulteng tersebut, menyebut ada enam titik di ruas itu yang ambles, tetapi semuanya dalam penanganan yang intensif. Tanah ekspansif artinya tanah sangat rentan terhadap perubahan musim, dimana pada musim kemarau, kadar air sangat rendah sedang pada musim hujan kadar airnya menjadi sangat besar sehingga mudah sekali terjadi pergerakan dan ambles karena tanahnya mengembang.
“Dari ruas Tomata-Beteleme sepanjang 50 kilometer itu, sepanjang hampir 21 kilometer kondisi tanahnya ekspansif dan perlu penanganan khusus untuk mengatasinya. Khusus pada tiga paket, terdapat enam titik yang ambles akibat tanah ekspansif itu”. Kata Jimmy Adwang PPK 15 Satker PJN Wilayah III ketika itu.
Jimmy menjelaskan bahwa ruas jalan nasional Tomata-Beteleme yang rusak berat waktu itu totalnya sepanjang 21 kilometer, namun yang akan ditangani pada tahap pertama dengan dana Rp280 miliar tersebut baru sepanjang 21 kilometer. Dana yang dikeluarkan untuk membiayai pembangunan sepanjang 21 kilometer itu, kata Jimmy, diakui sangat mahal dan dkerjakan cukup lama yakni 1.080 hari kalender terhitung 22 September 2015, karena kondisi tanah yang sangat ekspansif sehingga membutuhkan penerapan teknologi khusus yakni geomembran.
“Karena itu konsentrasi awal kita adalah bagimana agar ruas sepanjang 21 km ini teratasi dengan desain khusus yang meminimalisasi kondisi tanah ekspansif dengan memanfaatkan teknologi geomembran,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa lapisan tanah pada dua-tiga meter di bawah badan jalan itu berupa batubara muda yang sangat sensitif bergerak saat musim hujan. Mengenai sisa ruas jalan yang belum tertangani akan dibangun secara bertahap setiap tahun dengan kontrak tahunan sehingga dipastikan pada 2019 ini, seluruhnya sudah dalam kondisi mantap.
Kementerian Pekerjaan Umum melalui BPJN XIV Palu, mengucurkan anggaran ratusan miliar rupiah untuk meningkatkan jalan nasional di ruas Tomata-Beteleme, yang selama ini kondisinya rusak berat. Kepedulian Pemerintah memberi perhatian khusus terhadap ruas jalan nasional ini karena kondisinya yang sangat parah dibanding ruas-ruas jalan nasional lainnya di Sulteng.
Padahal, jalan ini sangat strategis sebab merupakan urat nadi perekonomian ke Kabupaten Morowali Utara dan Morowali yang kini sedang berkembang pesat pembangunan infrastruktur industri pertambangan dan perkebunan. Selain itu, ruas Tomata-Beteleme ini merupakan poros Trans Sulawesi yang akan menghubungkan Kota Palu dengan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, melalui Poso dan Morowali. Setelah mendapat kucuran dana, kini ruas tersebut, separuhnya sudah berkondisi mantap.
PT Jaya Bersama Makmur (JBM) memperoleh kepercayaan untuk menggarap proyek senilai puluhan miliar itu melalui lelang terbuka di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Keberhasilan perusahaan memenangkan lelang beberpa proyek itu membuktikan bahwa PT JBM memiliki reputasi yang sudah teruji dan terbukti. Beberapa proyek di sektor infrastruktur jalan ini akan semakin memperkuat portofolio proyek perseroan hingga akhir tahun ini. Sebagai perusahaan lokal di bidang kontruksi, PT JBM mengklaim berpengalaman dalam berbagai proyek berskala menengah dan besar. Perusahaan juga berkomitmen untuk selalu melibatkan sumber daya lokal dalam berbagai pembangunan proyek, terutama di daerah. Kini TA 2019 PT JBM kembali memenangkan lelang terbuka pada paket Preservasi Jalan Tomata – Beteleme dengan nilai kontrak sebesar Rp49.310.816.000, yang diikuti sebanyak 20 peserta perusahaan kontruksi.