Semua pihak yang terkait dalam urusan proyek rehab rekon di 18 sekolah dua tahun lalu, hingga kini tidak terdengar kabar pengusutanya !. Padahal bukti dan fakta dilapangan, menunjukan ada potensi rasuah terjadi.
Fakta ditemukan dilapangan, sejumlah bangunan sekolah tidak ada yang tuntas 100 persen dikerjakan, meskipun itu sudah dilakukan adendum empat kali sepanjang tahun 2021 lalu.
Selain itu, sejumlah kontruksi bangunan banyak menyimpan cacat dan tidak memenuhi standart keamanan bagi para murid dan guru saat proses belajar mengajar.
Misalnya sejumlah baut pengikat panel RISHA banyak bolong, kusen jendela dan pintu terancam copot, plafon bangunan banyak yang rontok, dan masih banyak cacat lainya.
Ada sejumlah penyebab atas gagal bangunan yang dikerjakan oleh kontraktor PT Sentra Multikarya Infrastruktur (SMI) ini, salah satu peluang penyebab terjadinya ditenggarai akibat dikerjakan secara terburu-buru dan ada indkasi permainan bestek.
Indikasi kegagalan bangunan pada proyek senilai Rp43,39 miliar yang dikerjakan pada pertengahan tahun 2020 silam itu, jelas memberi sinyal bahwa wilayah kontruksi pun, tak luput dari bayang-bayang Korupsi. Indikasi kuat itu timbul buntut dari kesembronoan pelaksanaan proyek dilapangan.
Kerusakan sejumlah gedung sekolah, memperlihatkan bahwa kucuran duit Negara yang cukup besar, tidak otomatis bisa meningkatkan kualitas proyek itu sendiri.
Sudah seharusnya dari pengakuan sumber Trilogi, sudah cukup tegas sebagai petunjuk pintu masuk bagi institusi penegak hukum untuk membongkar tabir dalam pengelolaan dana pinjaman Bank Dunia melalui program NSUP dan kegiatan CERC, yang dikelolah Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BP2W) Sulawesi Tengah.