GAGAL DISINI SEJAHTERAH DISANA (JILID, II)
DARI ketinggian 15 meter, kawasan perbukitan Bulumasomba di Kelurahan Lasoani, Kota Palu, terlihat ijo rimbun pepohonan. Perkebunan dan lahan gersang serta bentangan bukit di kejauhan menyejukkan mata. Di lingkungan alam ini, proyek SPAM PASIGALA, seluas 1 hektare berdiri.
Menggunakan kamera android, Trilogi.co, mengitari kompleks SPAM PASIGALA sekali dari berbagai arah, Kamis pagi satu pekan lalu. Semakin ke belakang, kompleks ini kian terang.
Ada indikasi kongkalikong terjadi dalam pembangunan sarana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional, yang melintasi tiga wilayah yakni Palu, Sigi dan Donggala (PASIGALA). Permainan jalan belakang dicurigai dilakukan sejak proses persetujuan kontrak proyek dari Direktorat Cipta Karya Sumber Daya Air dan BWSS III. Duit imbalan sudah dapat dipastikan ditebar ke segala penjuru guna memuluskan proyek itu. Siapa yang menebar, berapa duit yang ditebar, dan berapa banyak duit yang dialirkan dalam upaya haram itu?.
Belum genap sepekan ini, Proyek jumbo yang menelan anggaran ratusan miliar diduga menuai banyak masalah ini, mencuat setelah salah satu organisasi di Palu, Forum Pemuda Peduli Daerah (FPPD) Sulteng, mengumbar kemana-mana. Jika dalam proses penyelenggara hingga pelaksanaan proyek yang di biayai melalui APBN dan APBD Sulteng itu diduga telah terindikasi adanya praktek kongkalikong oleh semua pihak yang terkait sehingga menjadikan kegagalan.
Banyak hal yang menjadi pertanyaan, salah satu bagian yaitu mulai dari belum beroperasinya proyek SPAM PASIGALA yang telah dikerjakan sejak 9 tahun lalu. Sedianyanya SPAM PASIGALA telah beroperasi sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian kerjasama antara Pemerintah pusat, Pemprov Sulteng dan tiga Pemkab dan Pemkot yang dilalui proyek ini. Dalam salah satu diktumnya menyebutkan SPAM PASIGALA akan difungsikan dua tahun lalu atau tepatnya di tahun 2016. Melalui dasar perjanjian kerjasama yang tertuang dalam dokumen Nomor 24/NKB/D/2014, pertanggal 17 Desember ditahun 2014 silam, dimana disebutkan jika sumber airnya berasal dari air baku sungai Saluki, yang telah dibangun oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui BWSS III.
Lantas siapa dalang dibalik kegagalan dalam proyek yang telah menelan anggaran ratusan miliar itu ?. Meskipun belum ada institusi resmi melakukan rilies untuk mengkaji apakah ada terjadinya temuan kerugian keuangan Negara dan keuangan Daerah pada proyek itu, namun praktek yang diduga terorganisir kini, kian terang benderang.
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, melalui Subdit III Tipidkor Polda Sulteng, kini mengendus ada indikasi rasuah pada proyek SPAM PASIGALA. Hal ini Sejak sepekan terakhir, sejumlah penyidik disebar mencari sibuk mengumpulkan informasi. Tak jarang pula sejumlah penyidik sering diagendakan untuk ANEV dalam perkara ini. Berdasarkan informasi dari beberapa sumber terpercaya kami, disebutkan jika penyidik Tipidkor Polda Sulteng telah membentuk tim khusus. “ Timnya sudah dibentuk dan sudah mulai jalan,” singkat sumber di Polda Sulteng kepada Trilogi.co, belum lama ini.
Hasil penelusuran Trilogi.co, dibeberapa sumber cukup mencenangkan, dimana dalam dokumen yang dijelaskan jika dalam proyek SPAM PASIGALA itu benar adanya terjadi kegagalan kontruksi. Hal ini dikuatkan setelah Gubernur Sulteng, Longki Djanggola telah menyurat berkaitan belum berfungsinya proyek akbar tersebut. Dalam surat ditujukan kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) dan Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonsesia, Gubernur Sulteng menyampaikan bahwa kegiatan berdasar kesepakatan bersama (MoU/KSB) dan perjanjian kerjasama (PKS) diteken antara Dirjen SDA, kementerian PUPR via BWSS III, Pemerintah Provinsi Sulteng, Sigi dan Donggala, masih belum berfungsi.
Dalam surat tertanggal 29 September 2017 itu, Gubernur Sulteng Longki Djanggola menyebut rangkaian hasil kegiatan dan pengujian (Commisioning Test) dilakukan oleh Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (SDA) Sulteng pada instalasi pengelolaan air (IPA) proyek SPAM PASIGALA pada jalur pipa jaringan distribusi utama ke bak penampung air (Reservoir Offtake) di Kelurahan Lasoani dan jalur bangunan penangkap air (Intake) Saluki-IPA PASIGALA, didapati debit air hanya mencapai 162,2 liter per detik. Padahal, seharusnya debit air SPAM regional PASIGALA, adalah 300 liter perdetik.
Meskipun BWSS III Sulteng telah menyanggupi mengalirkan debit air baku secara bertahap sebesar 162,2 per detik, namun kontinuitasnya masih belum dapat terpenuhi. Kerusakan masih terjadi pada pipa transmisi maupun intake air baku tersebut. Atas keadaan itu, Gubernur Sulteng Longki Djanggola, dalam suratnya berharap adanya Justifikasi khusus penyebab masalah pada pipa transmisi, yang tidak mampu mengalirkan air sesuai rencana. Dimana Justifikasi khusus diharap dilakukan oleh Kementerian PUPR agar permasalah teknis dan non teknis menimpa proyek SPAM regional Pasigala dapat segera diketahui dan berujung pada sebuah solusi.
Pipa-pipa transmisi air baku SPAM regional Pasigala BWSS III Sulteng selalu pecah di banyak titik. Menurut beberapa sumber yang berhasil dihimpun, proyek dibesut sejak 2009 ini, dalam perjalanannya telah mengalami berkali-kali Revisi Design dan telah menghabiskan biaya senilai miliaran rupiah. Namun, faktanya, proyek yang pembangunannya telah rampung pada 2015 itu, hingga 2016 masih belum dapat difungsikan.
Pejabat BWSS III yang bertanggung jawab dalam proses serta pelaksanaan dalam proyek jumbo ketika itu dalah Kepala Satuan Kerja (KASATKER), Pramono, serta beberapa PPK. Sejak berapa terakhir ini, Pramono yang dikonfirmasi melalui sambungan telfon di nomor pribadinya tidak terhubung. Berdasarkan sejumlah informasi dikantornya, jika Kasatker Pramono, telah dipindahkan ke Provinsi DIY Yogyakarta.
Pada hal ditahun 2014-2015, terjadi adanya kondisi lapangan yang berubah pada proyek SPAM di Sungai Saluki sehingga mengakibatkan tujuan perencanaan berubah, namun mirisnya Kasatker Pramono ketika itu tidak melakukan review design sesuai undang-undang pada saat itu. Selain adanya indikasi kerja yang kangkangi prosedur, dari beberapa sumber penting kami menyebutkan jika pada proyek SPAM regional PASIGALA dibawah kendali Kasatker Pramono yang diduga kuat dipenuhi praktik setoran fee dan kecurangan pada proses lelang.
Kini yang menggantikan posisi Pramono adalah Kasatker Binga. Tidak jauh berbeda, Kasatker Binga yang dahulu menjabat sebagai PPK itu kini sulit ditemui dikantornya. Bahkan Trilogi.co, mencoba melakukan upaya konfirmasi melalui sambungan telfon pribadinya terkait dengan persoalan tersebut. Lagi lagi pejabat itu memilih bungkam dan mengabaikan panggilan telfon dan pesan singkat via Aplikasi Whatsup. Sampai berita ini kami terbitkan, kedua pejabat itu masih susah untuk ditemui dan dihubungi.
Dari catatan Trilogi.co, sepanjang Tahun 2013 hingga Tahun 2015, sederet nama perusahaan-perusahaan kelas kakap dari berbagai daerah ikut berpartisipasi dalam hajatan proyek SPAM PASIGALA. Berikut sebagian kecil catatan kami, daftar nama perusahan-perusahaan pemenang.
- PT Pamaterindo Edukatama Aneka berasal dari Serpong, Tangerang Selatan keluar sebagai pemenang dengan nilai kontrak Rp11,6 miliar,
- PT Entolu Buana Mandiri beralamat Jalan Timah, Makassar dengan nilai kontrak Rp17,9 miliar
- PT Minarta Duta Hutama, Alamatt Jalan Sultan Alaudin, Makassar, nilai kontrak Rp28,7 miliar
- PT Mari Bangun Nusantara, alamat Buntusu Permai, Makassar dengan kontrak Rp8,9 miliar,
- PT Mulya Sakti Wijaya, beralamat Jalan Hertasing Barat, Makassar, Nilai kontrak Rp395 juta,
- PT Bina Karya Bahagia, beralamat Jalan Harapan, Jeneponto, dengan nilai kontrak Rp9,2 miliar
- PT Daya Cipta Dian Rancana (JO)- PT Wecon asal Jalan Mekarsari, Babakan Sari, Kiaracondong, Bandung dengan kontrak senilai Rp. 2,2 miliar.
- PT Minarta Duta Hutama, Jalan Sultan Alaudin, Makassar, dengan nilai kontrak Rp88,3 miliar
- PT Minarta Duta Hutama, Jalan Sultan Alaudin, Makassar, dengan nilai kontrak Rp28,73 miliar
- PT Karya Prima Mandiri Pratama(JO)- PT Karya Dulur Saroha beralamat Jalan Hijas Dalam, Pontianak dengan nilai kontrak Rp47,5 miliar lebih,
- PT Melo Aneka Ray, asal Makassar, dengan nilai kontrak Rp6,8 miliar lebih.
Dari sederet perusahaan kakap dari luar Provinsi Sulawesi Tengah, terdapat beberapa kontraktor kakap lokal ikut dalam partisan pada hajatan proyek tersebut. Dua orang pengusaha kontruksi kakap itu diketahui bernama Niko Salama dan Samuel Riga.