Sejak tahap perencanaan, proyek rancang bangun atau Desain and Build di Provinsi Sulawesi Tengah disebut-sebut sudah bermasalah.
Perubahan desain enginer megaproyek rehabilitasi dan rekontruksi jalan Kalawara – Kulawi ditenggarai sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
Kerusakan dini disejumlah item pekerjaan yang di garap oleh konsorsium BUMN itu, menunjukan proyek tersebut sarat masalah.
Dua tahun lalu, megaproyek rekontruksi jalan Kalawara – Kulawi dengan skema Design and Build itu di mulai.
Proyek yang dibandrol sebesar Rp156,616.954.291.00 itu, Satuan Kerja PJN wilayah 1 Provinsi Sulawesi Tengah melalui rekananya konsorsium BUMN PT Wijaya Karya (WIKA) sebagai kontraktor pelaksana dan PT Parentjana Djaja KSO sebagai konsultan pengawas menangani pekerjaan sejauh 18,5 Km.
Dari total panjang penanaganan 18,5 Km pada paket yang bersumber dari Loan atau pinjaman dana hibah dari Pemerintah Jepang atau Japan International Coorporation Agency (JICA) melalui program Infrastructur Recontruction Sector Loan (IRSL) paket A3 tahap I tahun anggaran 2021-2023 tersebut, dibagi menjadi 4 ruas penanagananya diantaranaya sebagai berikut.
- Jonooge (Ruas Biromaru – Palolo) panjang penanganan sejauh 3,50 Km
- Sibalaya (Ruas Kalukubula – Kalawara) panjang penanganan sejauh 1 Km
- Sirenja (Ruas Tambu – Tompe) panjang penanganan sejauh 1,40 Km
- (Ruas Kalawara – Kulawi) panjang penanganan sejauh 12,6 Km yang terdiri dari 5 segmen
Penanganan proyek yang juga disebut paket A3 sepanjang ruas jalan Kalawara – Kulawi sejauh 12,6 km tersebut, dilakukan dengan menerapkan konsep kontraktor yang melakukan Detail Engineering Design atau pengembangan dari Basic Design hingga proses pelaksanaan, yang kemudian penangananya dibagi menjadi 5 segmen pekerjaan dianataranya sebagai berikut :
- Segmen 1 sejauh 0,250 Km
- Segmen 2 sejauh 0,850 Km
- Segmen 3 sejauh 0,700 Km
- Segmen 4 sejauh 2,025 Km
- Segmen 5 sejauh 8,775 km
Paket A3 desain and build yang digarap oleh konsorsium BUMN tersebut, bertujuan untuk memulihkan kondisi jalan Provinsi Sulawesi Tengah yang ikut terdampak pada bencana 2018 silam melalui program rehabilitasi dan rekontruksi jalan.
Sepanjang penanganan paket A3 pada segmen 1-5 itu, diketahui melintasi wilayah pegunungan atau dikenal warga setempat dengan sebutan gunung potong yang menghubungkan wilayah Salua dan Sadaunta.
Dititik lokasi penanganan itu, paket A3 dilakukan penanganan dengan system kontruksi perkerasan jalan, system kontruksi drainase jalan, system kontruksi perlindungan badan jalan terhadap aliran sungai, system kontruksi penanganan dan perlindungan lereng dan system utilitis dan pengamanan jalan.
Kerusakan dini pada sejumlah item pekerjaan yang tersebar dibeberapa titik pada paket A3 yang berada di sepanjang segmen 1-5 di wilayah gunung potong itu, dinilai janggal. Bukti masifnya adanya indikasi terjadinya penyelewengan bestek.
Presiden Lembaga Pemerhati Khusus Nasional (LPKN) Republik Indonesia, Adv Egar Mahesa, SH.,C DM mengatakan, proyek kontruksi penanganan infrastruktur jalan yang menjadi fasilitas publik berskala jumbo ini sudah jelas menguras banyak anggaran, belum lagi risiko kegagalan tinggi sehingga memicu terjadinya kerugian.
Untuk itu Egar Mahesa, mendesak institusi yang berwenang untuk turun melakukan pengusutan dan membongkar kejanggalan yang terjadi pada proyek yang sudah menguras keuangan negara yang nilainya mencapai ratusan miliar itu.
“Sudah seharusnya penegak hukum bertindak secara cepat dalam menangani persoalan ini, agar ada kepastian siapa yang bertanggung jawab dalam proyek itu” ujar Egar Mahesa kepada Trilogi Minggu 29 Oktober 2023 malam.