Direktorat Sumber Daya Air Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III merampungkan rehabilitasi dan rekontruksi saluran irigasi gumbasa tahap pertama untuk memasok kebutuhan air 1,070 hektar areal lahan pertanian diwilayah Kabupaten Sigi.
Dengan itu praktis sebagian lahan pertanian kembali pulih pascabencana setahun yang lalu. Diharapkan perbaiakan saluran irigasi gumbasa lanjutan untuk tahap kedua yang mengairi 7.100 hektar areal lahan pertanian untuk wilayah Sigi dan Kota Palu akan selesai pada tahun 2020 mendatang.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III, Ferianto Pawenrusi, melalui Kasatker PJPA Radiah Zulfikar, menjelaskan pengerjaan rehabilitasi Irigasi gumbasa tahap pertama di Kabupaten Sigi, yang selesai pada Desember 2019 lalu dapat mengairi 1,070 hektar areal persawahan di wilayah itu yang dalam setahun terakhir tidak dapat diolah petani karena rusak akibat bencana gempa yang terjadi 2018 silam.
Perbaikan irigasi gumbasa dalam tahap pertama itu, kata Zulfikar, meliputi perbaikan saluran primer sepanjang 7.168,5 meter dan saluran sekunder sepanjang 2.613,4 meter. Rehabilitasi daerah irigasi gumbasa ini nantinya, oleh kementerian PUPR dilakukan secara bertahap hingga akhirnya dapat pulih sepenuhnya pada tahun 2022 mendatang.
“Tujuh ribu hektar sisanya itu akan dikerjakan tahun ini 2020 – 2022 tinggal sedikit saja sehingga kita lebih cepat kerja” katanya, kepada pada kesempatan sebelumnya Koran Trilogi.
Radiah Zulfikar berharap dengan difungsikannya saluran irigasi gumbasa tahap satu untuk mengairi 1,070 hektar areal persawahan pada awal tahun ini, tentunya akan mendorong pulihnya aktifitas petani yang dalam setahun terakhir tidak dapat menanam padi.
Baca Juga : PUPR PACU PERBAIKAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PERTANIAN DI GUMBASA
DI Gumbasa yang dibangun pada tahun 1931, mulanya hanya berupa free intake dengan suplai air dari Sungai Gumbasa, kemudian oleh Departemen PU ketika itu dibangun menjadi bendung permanen pada tahun 1976.
Oleh karena pemanfaatannya sudah cukup lama itu, lanjut Radiah Zulfikar, maka saat ini dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, berupa rehab bendung dan saluran untuk areal pertanian seluas 1.070 Ha dari Intake sampai dengan BGKn 7.
Rehabilitasi dan rekontruksi itu menurutnya, meliputi kegiatan rehab Perbaikan Intake, Gravel Trap, Sand Trap, Saluran Induk (7.168 m), Saluran Sekunder Ramba (996 m), Saluran Sekunder Kalawara (492,6 m), dan Saluran Sekunder Kaluku Lau (1.124,8 m), Saluran Pembuang Pandere (1.166 m), dan Saluran Pembuang Sibowi (1.500 m). Pekerjaan tahap pertama itu menghabiskan biaya senilai Rp152 miliar yang bersumber dari APBN yang rampung pada akhir bulan Desember 2019 lalu.
Sedangkan untuk tahap kedua, akan dilakukan Perencanaan Desain Teknis melalui Program ESP Loan ADB pada Desember 2019 hingga Agustus 2020 dan akan melayani sekitar 7.100 ha area pertanian potensial. Dalam program ADB terdapat 3 (sub project) yaitu ADB (sub project 1) berupa saluran primer 14.269 meter dan saluran sounded 16.783 meter.
Sedangkan ADB (sub project 2) berupa saluran primer 4.779 meter dan saluran sekunder 20.545 meter. Sedangkan untuk program ADB (sub project 3) berupa saluran primer 7.447 meter dan saluran sekunder 11.158 meter. Pelaksanaan konstruksi melalui program ESP Loan ADB dan JICA pada Mei 2020 – November 2021.
“Untuk tahap pertama panjang irigasi yang direkonstruksi enam kilometer yang tuntas Desember 2019 dan dapat mengairi 1.070 ha lahan persawahan petani. Sisanya di tahap dua sepanjang sekitar 24 kilometer mulai direkonstruksi awal 2020 hingga 2021,” ujar Radiah Zulfikar.
Radiah Zulfikar menerangkan debit air yang sanggup dikeluarkan Bendungan Irigasi Gumbasa tersebut sebanyak 12 meter kubik atau 12.000 liter per detik. Satu pintu bendungan saja yang dibuka bisa menghasilkan 4 meter kubik atau 4.000 liter debit air.
“Perbaikan saluran irigasi gumbasa meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi saluran primer sepanjang 35,3 kilometer serta rehabilitasi dan rekonstruksi saluran sekunder, tersier, drainase dan pemulihan sawah seluas 8.180 hektare” jelasnya.
Sementara itu salah seorang petani mengatakan 1,070 hektar areal persawahan yang akan teraliri dalam tahap pertama itu berada di desa Pandere, Kalawara, Lambara dan sebagian Sibalaya Barat. Bila irigasi sudah mengalir kembali pada pertengahan bulan Januari 2020 ini, maka sebagian petani di desa itu sudah dapat mengolah kembali lahan dan menanam padi.
“Artinya dari masyarakat petani sudah bisa memulai rencana pembersihan areal pertanian yang dilanda kekeringan pascabencana tahun 2018 lalu. Kami menyambut baik dengan mengalirnya air disaluran irigasi ini agar kami bisa kembali menanam” kata Azhar yang dihubungi Koran Trilogi.
Diketahui Daerah irigasi gumbasa terletak di areal lembah Palu, memanjang dari kaki hulu gumbasa sampai sungai kawatuna, kota Palu. Secara administrasi daerah irigasi gumbasa berada di lima kecamatan di kabupaten Sigi dan kota Palu yang meliputi kecamatan Gumbasa, Tanambulava, Dolo, Sigi Biromaru dan Palu Selatan.
Irigasi gumbasa mendapat suplai air dari danau Lindu dan sungai Gumbasa melalui bendung gumbasa yang dibangun pada tahun 1976 di desa Pandere, Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Setelah bencana gempa bumi, jaringan irigasi gumbasa mengalami kerusakan sampai 70 persen.
Pascabencana hebat di 2018 lalu, Direktorat Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III akhirnya memulihkan kembali saluran irigasi gumbasa tahap I untuk mensuplai air kelahan pertanian di Sigi 1,070 hektar areal. Kini masyarakat beberapa desa di dua Kecamatan yakni Gumbasa dan Tanambulava menyambut gembira atas mengalirnya air disaluran irigasi gumbasa yang dahulu rusak akibat bencana.