Daerah Irigasi (D.I) Gumbasa merupakan salah satu D.I kewenangan Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS) yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlokasi di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Hal itu menjadi salah satu bentuk perhatian pemerintah karena PSN harus selesai tepat waktu.
D.I Gumbasa yang dikerjakan secara Multi Years Contract (MYC) ini, mendapat perhatian khusus oleh pemerintah pusat pasca bencana yang merusak hampir 100 persen infrastruktur pendukung pertanian di Kabupaten Sigi sejak setahun yang lalu.
Direktorat Irigasi dan Rawa Kementrian PUPR melalui jajaran BWSS III diharapkan bisa menangani secara cepat pengelolaan irigasi serta evaluasi untuk meningkatkan kualitas kinerja pengelola irigasi dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap petani yang membutuhkan saat ini.
Tidak kalah penting dalam program itu, Pemerintah pusat mendorong agar di dalam melaksanakan program daerah irigasi agar menggunakan empat pendekatan yang terstruktur berupa pendekatan secara masif, tuntas, dan berorientasi manfaat bukan hanya mengejar output tetapi mengedepankan outcomenya.
Tiga bulan setelah bencana gempa magnitudo 7.4 SR yang melanda Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala) yang terjadi 28 September 2018 Silam, Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS) mulai melakukan perbaikan jaringan irigasi yang rusak.
Hal itu dikatakan oleh Kepala satuan kerja (Kasatker) PJPA BWSS III, Radia Zulfikar, jika Perbaikan jaringan irigasi yang telah di rencanakan sepanjang 7 Kilometer sudah di mulai dari saluran induk gumbasa dengan target bisa mengairi area persawahan seluas kurang lebih 1200 Hektar.
“Untuk tahap pertama, kami baru akan menangani saluran primer sepanjang tujuh kilometer dan saluran-saluran tersiernya yang diperkirakan bisa mengairi sawah 1.200 hektar are,” ujarnya.
Irigasi Gumbasa memiliki luas potensial sekitar 7.500 Hektar dan luas fungsional sebesar 5.500 Hektar, sampai saat ini petani di Kabupaten Sigi belum bisa menanam karena hampir seluruh jaringan rusak parah. D.I Gumbasa adalah salah satu daerah lumbung beras di Provinsi Sulawesi Tengah. Sehingga pemerintah berupaya mempercepat pengerjaanya agar petani bisa menanam kembali persawahanya.
Perbaikan irigasi ini, kata Zulfikar, akan mengalami perubahan sistem dan dilakukan secara terintegrasi dengan pelayanan air bersih kepada masyarakat dan produk akhir konstruksinya tidak menimbulkan kerawanan terhadap bencana likuifaksi.
Saluran irigasi primer maupun sekunder, lanjut dia, akan mengalami pemadatan di bagian dasarnya serta beton di tepiannya untuk meminimalisasi serapan air ke dalam tanah yang dianggap bisa menimbulkan kerawanan likuifaksi.
“Namun pemadatan ini akan berdampak terhadap ketersediaan air tanah untuk kebutuhan konsumsi masyarakat karena bisa membuat sumur-sumur pompa dan gali milik masyarakat akan mengering,” jelasnya.
Menurut dia, bila perubahan sistem dalam rekonstruksi tahap pertama pemulihan irigasi Gumbasa sepanjang tujuh kilometer ini berjalan lancar, maka sisa pekerjaan sepanjang 19 kilometer lainnya akan berjalan lebih mudah.
“Perbaikan irigasi Gumbasa sangat prioritas dan jika sudah berfungsi kembali, dipastikan petani akan mengolah sawah kemabli. Dengan demikian, produksi beras di Kabupaten Sigi dipastikan akan kembali meningkat setelah pascabencana alam menurun drastis karena banyak petani gagal panen” ungkapnya.
Zulfikar menguraikan bahwa perbaikan jaringan irigasi akan di lakukan secara bertahap yang dibagi menjadi dua opsi penanganan, yakni opsi jangka pendek dan opsi jangka panjang dengan target rampung hingga tahun 2021 sesuai inpres penanganan bencana.
“Setelah proses redesain selesai perkiraanya triwulan ke 4 tahun atau triwulan pertama tahun depan dan pelaksanaanya setelah mendapat persetujuan Rescooping dan pendaan rencana Loan ADB dan JICA untuk yang areal likuifaksi,” tegasnya.
Melalui rilies yang diterima Koran Trilogi, untuk penanganan bencana D.I Gumbasa yang menjadi infrastruktur pendukung pertanian di Kabupaten Sigi sehingga bisa kembali dimanfaatkan oleh masyarakat dengan meliputi dua Opsi, sebagi berikut.
- Opsi Jangka Pendek
Opsi jangka pendek yang rencana selesai pada akhir tahun 2019 ini, areal potensial yang bisa dialiri seluas 1.070 Ha dari Intake sampai dengan BGKn 7. Untuk perbaikan opsi jangka pendek itu meliputi perbaikan Intake, Gravel Trap, sand Trap, Saluran Induk (7168 m), sekunder ramba (490 m) dan sekunder Kaluku Lau (1132 m), pembuang Pandere (1171 m) dan pembuang Sibowi (3000 m).
2. Opsi Jangka Panjang
Untuk Opsi jangka panjang dengan melakukan studi komperhensif D.I Gumbasa 8.180 Ha untuk TA 2019, meliputi pengukuran topografi saluran, bangunan, dan areal. Untuk penyelidikan geologi teknik, kegempaan dan potensi likuifaksi serta redesain jaringan. Untuk pelaksanaan kontruksi pada opsi jangka panjang saluran primer dan saluran tersier meliputi BGKn 7 sampai dengan BGKn 58 sepanajang 28.292 Kilometer. Kemudian untuk pelaksanaan kontruksi pada saluran sekunder Watang Pinang, kerusakan Sidondo, Lampio, Bora, Maranata, Tambulolo, Watubula, Soulowe Patua, Sidera, Karawana, Pangele, Jono Oge, Bora, Kalukubula, Biromaru, dan Petobo.
Bencana yang Gempa yang menimpa tiga wilayah yang terparah itu ternyata juga berdampak buruk terhadap bendung dan jaringan irigasi Gumbasa. Jaringan Irigasi Gumbasa sepanjang 36 Kilometer, diketahui 70 persen diantaranya mengalami kerusakan yang cukup berat.
Hasil inventarisir kerusakan pada bandung dan jaringan irigasi kemudian melaporkannya ke Direktorat Irigasi dan Rawa Kementerian PUPR, maka disepakati dilakukan perbaikan pada jaringan irigasi yang mengalami kerusakan ringan sepanjang 7 kilometer, kemudian lainnya akan dilakukan redesain, guna menentukan layak dan tidaknya lokasi jaringan irigasi dipertahankan.
Sebelumnya proyek Rehabilitasi Jaringan irigasi D.I Gumbasa dengan metode pemasangan turap pada dinding saluran, dimulai sejak November 2016 lalu dengan total anggaran proyek senilai Rp 153.237.290.000 yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya. Hingga saat ini pihak perusahaan BUMN ini masih menyelesaikan sisah pekerjaanya dengan memasuki tahun ketiga pada kontrak MYC.