Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Tengah, terus berupaya membangun dan memelihara jalan dan jembatan guna meningkatkan aksebilitas dan konektivitas, mengurangi kesenjangan antar wilayah, serta upaya memberikan kelancaran dan kenyamanan pengguna jalan.
Ruas jalan nasional yang ditangani oleh BPJN Sulteng sesuai SK Nomor : 1688/KPT-SM/2022, terdapat 103 ruas, dengan total panjang 2.361,61 Km, dengan panjang jembatan 24,692 meter atau 1,654 unit.
Dalam penyelenggaraan jalan nasional, target 2023-2024 BPJN Sulteng menuju kemantapan jalan nasional mencapai 95,76 km atau setara dengan 100,25 persen.
Namun, masih ada juga beberapa titik penanganan fisik jalan dan jembatan masih tahap pekerjaan yang perlu diperhatikan.
Dalam artikel kali ini, Trilogi sedikit mengompilasi keberhasilan BPJN Sulteng dalam capainya menangani program unggulan penanganan infrastruktur jalan jembatan diantaranya penanganan paket bencana dan paket regular sepanjang tahun ini.
Program-program unggulan atau pekerjaan yang diprioritaskan pada jalur utama di Bumi Tadulako yang menjadi kewenangan BPJN Sulteng yakni pemulihan infrastruktur jalan jembatan pasca bencana, penanganan jalur kebun kopi, kawasan industri pertambangan dan kawasan pariwisata.
Kawasan Industri Pertambangan
Untuk mendukung geliat pengembangan pusat kawasan industri pertambangan nikel dan gas bumi di Kabupaten Morowali, Morowali Utara dan Banggai, BPJN Sulteng pada tahun 2023 telah menangani perbaikan sejumlah ruas jalan nasional melalui program preservasi jalan dengan skema Long Segment di sepanjang ruas dan pemeliharaan rutin jalan.
Diantaranya ruas Kota Bungku – Bahodopi – Bts Sultra sejauh 107,02 Km, ruas Beteleme – Tompira – Kolonedale – Bahonsuai – Bungku sejauh 134,60 km dan ruas jalan nasional Batui – Toili – Rata – Baturube sejauh 150,66 km.
Dengan adanya konsep penanganan skema long segment ini diharapkan dapat menjaga kondisi jalan yang seragam disepanjang ruas perlintasan kawasan industri pertambangan dan tetap berfungsi sesuai dengan umur rencana.
Dengan semakin berkembangnya perusahaan industri pertambangan di wilayah itu, peningkatan volume kendaraan khususnya pengguna jalan oleh pekerja pabrik, sehingga diperlukan anggaran yang cukup besar untuk peningkatan kapasitas jalan di wilayah kawasan industri.
Kawasan Pariwisata
Mendukung pengembangan kawasan pariwisata menjadi destinasi wisata unggulan di Sulawesi Tengah seperti Danau Poso, Miniatur Raja Ampat di Pulau Sombor Morowali, dan wisata bawah laut di Ampana, untuk mengubah wajah kawasan wisata agar lebih menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
BPJN Sulteng melalui programnya dalam mendukung kawasan itu, melakukan sejumlah perbaikan kondisi infrastruktur jalan menuju akses sejumlah spot wisata yang tersebar di wilayah Sulawesi Tengah.
Melalui program preservasi jalan dengan skema Long Segment di sepanjang ruas dan pemeliharaan rutin jalan seperti Taripa – Pape – Tindatana – Tomata – Beteleme sejauh 150,98 km, ruas Tagolu – Malei – Uekuli – Marowo – Ampana sejauh 145,78 km, diharapkan akses menuju kawasan sejumlah tempat wisata berjalan lancar sehingga pertumbuhan eonomi meningkat.
Jalur Logistik Kebun Kopi
Jalur kebun kopi menjadi perlintasan utama yang padat kendaraan, baik kendaraan pribadi, angkutan umum maupun logistik.
Jalur pegunungan Kebun Kopi menghubungkan Kota Palu dengan Gorontalo dan Poso atau sebaliknya, sekaligus menjadi jalur yang paling rawan bagi para pengguna jalan yang akan keluar masuk Kota Palu dari sejumlah kabupaten di sebelah timur Provinsi Sulawesi Tengah.
Penanganan longsoran jalur tersebut harus dilakukan secara hati-hati karena jalan tersebut merupakan ruas yang vital untuk menghubungkan antar daerah di Sulawesi Tengah, serta jalur ke Gorontalo.
BPJN Sulteng tengah membenahi penanganan longsoran pada jalur pegunungan Kebun Kopi dilakukan per titik area rawan longsor.
Berdasarkan catatan Trilogi, terdapat tujuh titik yaitu ruas Kebun Kopi – Nupa Bomba di KM35+100, titik ini penanganannya dilakukan dengan struktur DPT Beton kantilever setinggi 5 meter dengan panjang 87 meter, sementara bagian lereng bawah akan dipasang selimut pengendali erosi dengan media tanaman dan pada lereng atas dipasangkan Weirmesh jaring kawat dan jaring pengendali erosi media tanam.
Titik penanganan selanjutnya pada ruas Kebun Kopi – Nupa bomba KM40+300 dengan penanganan struktur DPT Beton Kantilever tinggi 4 meter sepanjang 70 meter, juga dilakukan pengendalian alur muka air dengan dibuat Box Culvert pada titik terjunan air dan dibuatkan outlet Box plus pengantarnya Pipa HDPE agar tidak menggerus lereng jurang.
Titik selanjutnya adalah ruas Kebun Kopi – Nupa bomba KM40+500 dengan penanganan berupa DPT kontilever beton setinggi 6 meter dilanjut dengan DPT pasangan batu yang diperkuat kolom beton tebal 30×30 jarak per-2,5 meter dan timbunan dibungkus geotekstil.
Penanganan selanjutnya dilakukan pada ruas Kebun Kopi – Nupa bomba KM42+100 di Jembatan Uwentira. Rencana jembatan eksisting diganti dengan elevasi di naikkan 2 meter. Sementara tiga titik lainnya berada di ruas Toboli – Kebun Kopi pada KM56+100, KM59+150, KM59+750.