Proyek kakap di segmen Bambuan acakadut dan masih menyisahkan banyak Pekerjaan Rumah. Menjelang akhir tahun 2023, sejumlah pekerjaan masih keteteran dan tersisa.
Hasil investigasi Trilogi bersama tim November lalu menemukan beberapa persoalan di proyek senilai Rp243 miliar itu. Anggaran negara berpotensi tersedot untuk penyelesaian proyek ini.
Selain terbelit persoalan dana dan bahan material, proyek kakap senilai Rp243 miliar yang digarap oleh PT Anugerah Karya Agra Sentosa atau AKAS seperti terseok-seok menyelesaikan 2 segmen khusus Bambuan karena tanahnya lunak. Angka pembengkakan biaya pun, akan menunggu kalkulasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Tengah.
Proyek itu bernama Preservasi Ruas Jalan BTS Kota Tolitoli – Silondou. Kegiatan pada paket itu diketahui di bagi menjadi 6 lingkup pekerjaan diantaranya pelebaran jalan menuju standar, rehab minor, preventif, preservasi rutin, preservasi rutin kondisi, dan preservasi rutin jembatan.
Proyek ini di garap oleh PT AKAS dengan total nilai kontrak dibandrol sebesar Rp243,230.412.300 yang berumber dari APBN SBSN tahun anggaran 2022-2024.
Dihajatan inilah ratusan miliaran rupiah duit negara di kucurkan. Seperti pepatah !. Ada gula ada semut, bisik-bisik mengindikasikan banyak “Gula” tercecer dalam persoalan hajatan itu. Proyek ini melekat pada Satuan Kerja PJN wilayah 1 Provinsi Sulawesi Tengah, sekaligus menjadi titik kritis.
Hasil investigasi Trilogi bersama tim, untuk penanganan segmen khusus Bambuan dilakukan 2 model penanganan khusus diantaranya pada segmen 1 yang berlokasi pada titik STA 6+225 – 8+133 dengan model penanganan dilakukan tidak menggunakan cerucuk bambu akan tetapi langsung dilakukan penimbunan sebanyak 3 lapis dengan masing-masing ketebalan mencapai 50 cm sejauh 2,083 Km dan dilapisi material geotextile untuk meningkatkan stabilitas timbunan.
Kemudian pada segmen 2 yang berlokasi pada titik STA 8+133 – 9+300 model penanganan yang dilakukan dengan menggunakan cerucuk bambu untuk meningkatkan stabilitas kontruksi dengan memberi struktur tambahan untuk mendistribusi beban secara merata ke dalam tanah dan mengurangi tekanan yang diterapkan pada lapisan tanah yang lunak dengan panjang penangnan sejauh 1,167 Km.
Pada penanganan khusus jalur Bambuan di segmen 1 dan 2 ini dilakukan peninggian elevasi badan jalan setinggi 2 meter dan melebarkan sisi kiri dan kanan badan jalan masing-masing 13 meter dengan total panjang penanaganan sejauh 3,250 Km. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya genangan air jika sewaktu-waktu terjadi banjir.
Namun ditengah perjalananya proyek berbiaya jumbo ini berlangsung, terdapat kelemahan besar yang menonjol jika pelaksanaan dan pengawasan proyek di hajatan milik Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN Sulawesi Tengah) itu ditenggarai berjalan tak sesuai aturan.
Hasil reportase di lapangan segmen khusus Bambuan, ditemukan sebahagian pemasangan cerucuk dan susunan matras bambu terlihat acakadut. Susunan ikatan untuk matras bambu tampak renggang sehingga beban timbunan tidak merata dan sewaktu-waktu dikhawatirkan dapat mempengaruhi stabilitas timbunan diatasnya.