Pengamat ekonomi Ahlis Djirimu, mengagumi ide “Kereta Kuda” salah satu bakal calon Gubernur – Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo.
“Saya kagum teori dan praktek “Kereta Kuda” buah pikiran pak Hasanuddin Atjo sebagai seorang Pemimpin Kepala Bappeda. Yang artinya Sulteng maju ditarik oleh 13 kabupaten dan kota yang maju” kata pakar ekonomi Universitas Tadulaku (Untad) Palu Dr M Ahlis Djirimu Ph.D kepada Koran Trilogi Sabtu 21 September 2019.
Dosen Fakultas Ekonomi Untad Palu itu menyebutkan pemimpin Sulteng 2020 adalah figur yang mampu merangkul kabupaten/kota di Sulteng. Lalu bekerjasama menciptakan produksi, konsumsi, distribusi mencari pasar.
“teori praktek Kereta Kuda buah pemikiran Hasanuddin Atjo sangat tepat untuk memimpin Sulteng agar tidak tertinggal jauh” kata Ahlis Djirimu
Menurut Ahlis Djirimu melihat sisi ekonomi masyarakat 77% penduduk Sulteng hidup di desa brgantung pada bidang pertanian. Sementara visi pemerintahan bertumpu pada pertanian/ agribisnis, tapi kenyataan pembangunan prtanian di Sulteng tidak saling terkait antar daerah.
“Kabupaten dibiarkn menjadi produsen saja yang selanjutnya daya tawar komoditinya kalah oleh rentenir. Pemerintah gagal tangani distribusi, konsumsi dan pasar. Petani dibiarkn cari pasar sndiri” kata Dosen Fekon Untad Palu itu.
Hal ini tercermin kata Ahlis Djirimu dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang hanya di atas 100 pada tahun 2014 dan sebagian 2015. Selebihnya di bawah 100 yang artinya yang dijual petani lebih rendah ketimbang yang dibelinya bagi kebutuhan harian.
“Sehinga cita-cita jadikan agribisnis sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani ibarat jauh panggang dr api” katanya
Menurut Ahlis Djirimu dari sisi keuangan daerah, di Sulteng hanya Kabupaten Buol kesehtan fiskal bagus. Selebihnya berada pada kategori “kurang sehat” dan “sangat tidak sehat”. Selain itu,hanya 3 satuan kerja yaitu Provinsi, Kabupaten Morowali dan Kota Palu yang kemandirian fiskalnya semakin baik.
“Selebihnya gagal mandiri setelah 3 UU Otda berlaku: UU No. 22/1999, UU no32/2004, dan UU no. 23/2014..Pangkal utamanya berapa visi dan misi provinsi dan kabupaten:/Kota belum terintegrasi. Gagalnya perencanaan, pembangunan akibat tidak saling sinergi antar daerah” katanya
Dikatakan komitmen provinsi bukan brdasarkan kasus per kasus. Selain itu, mentalitas ” birokrasi priyayi” yang bukan melayani, tapi dilayani belum hilang dari daerah ini.
“Sudah saatnya di Pilkada Gubernur dan Bupati/Walikota serentak di Sulteng tahun 2020 harus diakomodir figur pemimpin yang visioner, tidak hanya pandai berkata namun sedikit tahu. Yang dibutuhkan figur pemimpin mampu membawa daerah ini mengalami perubahan dari sebuah konsep pemikiran yang jelas” katanya.
Hasanuddin Atjo menurut Ahlis Djirimu merupakan figur pemimpin Sulteng bisa mendobrak untuk Sulteng mengalami perubahan dengan cara,memperbaiki internal agar sebagai pelayan masyarakat memiliki jiwa Pamong Praja.
Peryama perlu lakukan uji kompetensi ASN pada semua eselon dan non eselon. Mereka yang terbaik dan visioner yang bisa ikut menjawab apa yang menjadi tantangan sebagai birokrat itu itu dibutuhkan.
“ASN yang visioner merupakan birokrat bisa mendukung era industry 4,0 dan Society 5,0 Dan sudah saatnya jenjang karier ASN lebih kepada birokrat profesional tidak lagi kental berbau nepotisme” kata Dosen Fekon Untad Palu.