PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bersama entitas anaknya menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Co, Ltd (Huayou) dan produsen mobil dunia Ford Motor Company (Ford) menandatangani kontrak kerja sama untuk proyek pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian smelter nikel di Blok Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Penandatanganan nota kerjasama tiga pihak itu bertujuan untuk memproses bijih nikel yang ditambang oleh INCO.
Kerja sama ketiga perusahaan itu mengacu pada kerangka perjanjian yang telah disepakati INCO dan Huayou pada 27 April 2022, terkait pengembangan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Blok Pomalaa.
Diketahui total kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton kandungan nikel per tahun dalam bentuk mixed hydroxide precipitate.
CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Febriany Eddy melalui siaran persnya mebeberkan penandatangan kerjasama kemitraan tersebut, sekaligus untuk mempertegas jika keberadaan Indonesia dalam industry mobil listrik dunia menjadi penting.
“Kami senang Ford turut dalam kemitraan untuk Proyek HPAL di Blok Pomalaa. Proyek ini semakin menegaskan jika keberadaan Indonesia dalam ndustry mobil listrik dunia begitu penting, hal itu ditopang dengan dukungan masyarakat dan sumber daya alam yang tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan praktik pertambangan berkelanjutan” ungkapnya.
Dengan di tekenya kontrak kerja sama tidak mengikat tersebut, Febriany Eddy berharap atas dukungan pemerintah Indonesia pada proyek ini, komoditas nikel akan menjadi harapan untuk menggenjot pertumbuhan industri logam dasar, sekaligus pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami berterima kasih atas dukungan pemerintah Indonesia pada proyek ini. Kami berharap dapat terus bersinergi dengan para pemangku kepentingan untuk menciptakan nilai dan peluang jangka panjang berkelanjutan terutama bagi masyarakat dimana perseroan beroperasi,” jelasnya.
Sementara itu Wakil Presiden Eksekutif Base Metals Vale selaku Komisaris Utama PT Vale Indonesia, Deshnee Naidoo, mengakui bahwa selama beberapa dekade beroperasi INCO memiliki rekam jejak secara aman dan berkelanjutan.
“Kami berharap dapat bekerja sama dengan mitra lain yang sejalan dalam senantiasa mengedepankan aspek keberlanjutan pada generasi baru proyek pengembangan yang di desain untuk memberikan dampak minimal terhadap lingkungan serta bermanfaat bagi sosial ekonomi lokal dan nasional di masa depan,” katanya.
Sementara itu Lisa Drake, Wakil Presiden Ford Model e, EV Industrialization mengapresiasi kerjasama tiga pihak tersebut.
Menurutnya kerja sama tiga pihak ini tentunya adalah cara yang kreatif untuk memastikan kebutuhan nikel Ford dan jutaan pelanggan kendaraan listrik Ford bisa terpenuhi.
“Hal ini juga selaras dengan apa yang ingin dicapai Ford dalam setiap prosesnya, yakni senantiasa berkomitmen menjaga lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) saat ini dan di masa depan” ungkapnya.
Selain itu Executive Vice Chairman, George Q. Fang, dari Huayou mengatakan sebagai salah satu penghasil material baterai Li-ion dunia terdepan, Huayou telah melakukan upaya-upaya yang konsisten dalam menjalankan keseluruhan cakupan industri dari Nikel dan Kobalt untuk menjadi material baterai katoda dengan emisi karbon sangat rendah.
“Kemitraan bersama Ford dan PT Vale Indonesia ini tidak hanya akan menjamin suplai yang stabil dan berkelanjutan untuk pelanggan, namun juga akan membawa dampak positif pada perkembangan industri EV dan ekonomi Indonesia,” Ujar.
Penyelesaian pembangunan fasilitas HPAL smelter nikel dan mulai beroperasi ditargetkan terwujud pada tahun 2025, yang tentunya bergantung pada negosiasi dan pelaksanaan kesepakatan definitif.