ERA MILENIAL ditandai dengan penggunaan teknologi digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan. Saat ini sejumlah bangsa di dunia, sedang disibukkan dan berlomba untuk tidak ketinggalan serta berperan dalam pusaran Industri 4.0.
Oleh : Hasanuddin Atjo / Ketua Ispikani Sulteng
Bahkan di beberapa negara maju dalam menggerakkan aktifitas kehidupan sudah memulai ke tingkat yang lebih modern lagi yaitu Industri 5.0. Aktifitas kehidupan di era Industri 4.0, terbukti telah berdampak terhadap meningkatnya efisiensi dan efektifitas, karena tenaga kerja manusia tergantikan oleh mesin dan robot yang dikendalikan oleh sistem digital.
Berbagai transaksi yang selama ini berlangsung secara cash dan manual, tergantikan oleh transaksi online atau barcode sistem. Pengiriman uang, membuka rekning tabungan, mengurus perizinan, pembayaran tagihan air, listrik, pajak dan pembayaran lainnya cukup menggunakan aplikasi dan barcode malalui smart phone jenis android atau kartu digital.
Dengan pola seperti ini, juga memberi kesempatan terhadap lahirnya sejumlah pelaku usaha baru yang tidak memerlukan modal besar. Kesempatan itu antara lain menjadi bagian dari jasa transportasi, pembelian, pengiriman barang seperti perusahaan jasa berbasis aplikasi Grab, Gojek, Alibaba, Bukalapak dan lainnya. Masih banyak lagi kesempatan berusaha yang terbuka, namun modal dasarnya adalah paham dan memiliki skill terkait sistem digital serta attitude yang sesuai pradaban industri 4,0.
PERSOALAN BARU
Kemajuan sebuah pradaban dipastikan akan menimbulkan kemajuan, dan juga sejumlah persoalan. Pradaban industri 4.0, di satu sisi berdampak terhadap terciptanya efisiensi dan efektifitas serta membuka kesempatan kerja baru, namun pada sisi lain menimbulkan persoalan baru seperti meningkatnya angka pengangguran, terutama datangnya dari SDM yang kurang memiliki skill dan attitude sesuai tuntutan pradaban industri 4,0.
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar dengan penduduk mendekati 260 juta jiwa, serta memiliki bonus demografi di tahun 2028 – 2030. Menjadi sebuah kewajaran bila kemudian Pricewaterhouse Coopers (PwC), Lembaga Jasa professional reputasi dunia, memprediksi bahwa Indonesia seabad setelah merdeka, yaitu di tahun 2045 mendatang akan menjadi Negara Maju dengan kekuatan ekonomi peringkat- 5 dunia, setelah China, Amerika Serikat, India dan Brasil, jika mampu memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam dan bonus demografinya itu.
Diperkirakan tingkat pendapatan atau Produk Domestik Bruto, PDB saat itu akan mencapai 5 triliun dollar US, bahkan di tahun 2050 PDB Indonesia diprediksi mencapai 10 triliun dollar US. Di tahun 2018 PDB Indonesia untuk pertama kalinya tembus di angka 1 triliun dollar US.
Prediksi akademik ini merupakan kesempatan sangat menjanjikan dan harus direncanakan dan dimanfaatkan dengan baik. Karena itu, tantangannya adalah bagaimana Indonesia yang terdiri dari 34 Provinsi , 416 kabupaten dan 98 kota dapat melahirkan pemimpin dengan reputasi “Penerobos Batas”.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kemajuan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas para pemimpinnya. Figur Penerobos Batas
usia bukan lagi menjadi pembatas bagi seseorang untuk kemudian dinobatkan menjadi penerobos batas, tetapi terletak pada karakter dan model berpikir.
Setidaknya ada enam kriteria yang harus dimiliki figur penerobos batas diantaranya adalah: Update; Adaptif; Inovatif; Demokratis; Cenderung tidak Birokratis; serta Memiliki Ketegasan. Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia adalah contoh extrim dari sisi usia terkait dengan figur penerobos batas ini.
Di usia yang ke 92 tahun, dan dalam struktur teori perbedaan generasi termasuk kategori Veteran generation, ternyata menjadi pemenang dalam pemilihan perdana Menteri di Pemilihan Umum tahun 2018. Boleh jadi terpilihnya kembali Mahathir Mohamad lebih disebabkan para perdana Menteri sebelumnya kurang mempersiapkan tongkat estafet kepemimpinan yang diperuntukkan bagi generasi milenial.
Masih banyak lagi contoh-contoh pemimpin penerobos batas dari Babby Boomer dan X generation seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Jokowi – Jusuf Kalla serta sejumlah Menteri kabinetnya. Terkait dengan itu, Indonesia dengan karakteristik yang beragam akan melaksanakan pesta demokrasi untuk memilih kepala daerah sesuai jadwal di tahun 2020, 2022 dan serentak di tahun 2024.
Harapan hampir semua orang bahwa yang terpilih sebagai pemenang dalam pemilihan itu adalah yang berkarakter dan model berpikir milenial atau berkrakter penerobos batas. Harapan ini dapat terealisasi bila terbangun kesamaan visi antara partai-partai pengusung dan masyarakat yang memiliki hak pilih, bahwa figur yang diinginkan adalah yang berkarakter penerobos batas.
Bila kesamaan visi itu tidak terbangun, maka cita-cita menjadi Indonesia Hebat di tahun 2045 sesuai prediksi Pricehousewater Cooper (PwC), hampir dipastikan hanya menjadi cerita dan catatan sejarah, karena proses pesta demokrasi belum berhasil melahirkan para pemimpin penerobos batas. Menjadi catatan penting kemudian, bahwa “kesempatan itu tidak akan datang untuk kedua kalinya”.
MEMIMPIN GENERASI MILENIAL
Bonus demografi Indonesia (2028 – 2030) adalah fase dominansi milenial generation dalam struktur angkatan kerja. Sementara itu kepemimpinan di saat itu masih membutuhkan perpaduan antara generasi non milenial dan milenial. Karena itu siapapun pimpinan daerah di Indonesia periode 5 – 10 tahun mendatang harus mengakomodir karakter dan model berpikir ala milenial.
Ada lima pendekatan yang dapat dilakukan untuk memimpin generasi itu diantaranya adalah Behavior, Relationship, Attitude, Values dan Environment disingkat BRAVE (George Brand). Behavior, mereka harus diberi ruang karena generasi ini kurang mengenal batas antara atasan dan bawahan, memiliki rasa ingin tahu yang lebih untuk membantu tercapainya visi organisasi.
Relationship, generasi ini membutuhkan juga penghargaan, karena itu jadilah pendengar aktif dan berikan feedback yang tepat kepada mereka. Attitude, generasi ini optimis terhadap dirinya maupun masa depannya, sehingga pemimpin harus selalu memberikan pekerjaan yang baru dan menantang. Values, mereka menyenangi pekerjaan yang punya nilai, memberi manfaat kepada masyarakat, peduli lingkungan dan mempercepat serta mempermudah urusan banyak orang.
Environment, suka bekerja di lingkungan terbuka, mudah mengakses informasi dan bisa bekerja lintas daerah dan benua. Ciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi agar mereka betah dan bekerja maksimal untuk kemajuan dan kesejahteraan. Dari uraian di atas suka dan tidak suka, maka negeri ini membutuhkan sejumlah figur penerobos batas bila ingin negeri ini bersama seluruh wilayahnya menjadi Indonesia Hebat di tahun 2045.***