Sejumlah petani di beberapa sentra produksi cengkih diwilayah Provinsi Sulawesi Tengah mengeluhkan harga komoditas perkebunan itu turun drastis saat memasuki masa panen raya.
Surman, seorang petani di desa Balukang, Kabupaten Donggala, membenarkan harga cengkih kering turun tajam dari sebelumnya Rp120.000/kg, kini menjadi Rp70.000/kg.
“Justru harga turun saat panen raya, dan tentu sangat merugikan petani karena biaya atau ongkos buruh petik cukup mahal,” katanya, kepada Koran Trilogi, Kamis 27 Juni 2019.
Di daerah itu, kata dia, sedang panen cengkih dan petani semula berharap hasil panen kali ini bisa dinikmati lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, harga cengkih di tingkat pedagang pengumpul tiba-tiba anjlok sangat drastis.
Hal serupa juga dikeluhkan Faisal, seorang petani cengkih di Desa Ujumbou Kabupaten Donggala. Dia mengatakan petani di desa itu juga sedang panen raya cengkih, tetapi harga komoditas ekspor tersebut turun tajam.
“Kalau pedagang membeli langsung di sentra produksi di wilayah itu sekarang rata-rata Rp69.000/kg,” kata dia.
Sebelumnya, harga cengkih di atas Rp100.000/kg.
Penurunan harga tersebut cukup memukul kalangan petani cengkih di Provinsi Sulteng. Sentra produksi cengkih terbesar di Provinsi Sulteng adalah Kabupaten Tolitoli disusul Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong serta Poso.
Selama ini cengkih produksi petani di sejumlah daerah di Sulteng dibeli para pedagang pengumpul dan kemudian dipasarkan di Pulau Jawa untuk bahan baku pabrik rokok.
seperti dilansir di Antara.com, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng Zainudin mengatakan naik-turunya harga cengkih di pasaran sangat tergantung pada perkembangan harga di tingkat konsumen yakni pabrik rokok.
Jika harga pembelian pabrik nbaik, otomatis harga di tingkat pengumpul ikut membaik dan sebaliknya.
You have mentioned very interesting points!
ps nice website.Blog monry