Keputusan Pokja 12 BP2JK Sulawesi Tengah menggugurkan PT Karya Putera Mandiri Adisarana dinilai cacat prosedur tidak sesuai aturan tender terbuka, kompetetif, dan efisien. Surat keberatan pun dilayangkan.
PT Karya Putera Mandiri Adisarana atau KPMA salah satu peserta prakualifikasi tender Penggantian Jembatan Tawaeli I mengajukan surat sanggahan terhadap hasil tender seleksi awal yang hanya meloloskan satu calon.
Surat sanggahan bernomor 017/KPMA-SG1/II/2023 yang ditulis oleh Direktur utama PT KPMA, Hotman Sihotang mengatakan sudah memenuhi semua kriteria seleksi yang diisyaratkan oleh Kementrian PUPR, akan tetapi tidak lolos.
“Dokumen penawaran kami digugurkan oleh pokja pada evaluasi teknis dengan alasan sesuai dengan Dokpil Bab IV LDP huruf F point 2 memiliki kemampuan menyediakan peralatan utama untuk pelaksanaan pekerjaan, PT KPMA melampirkan bukti kepemilikan alat crane dengan kapasitas 25 ton” kata Hotman dalam surat sanggah pertanggal 3 Februari itu.
Alasan itu, kata Hotman, sangat bertentangan dengan fakta dan realita sebenarnya, bahwa peralatan utama minimal sesuai dengan Dokpil Bab IV LDP huruf F point 2 alat berat jenis Crane berkapasitas 10-15 ton.
Akan tetapi alat berat jenis Crane yang diusulkan PT KPMA dalam tender penggantian jembatan Tawaeli I, berkapasitas 25 ton yang dilampirkan dengan bukti kepemilikan alat.
“Alat Crane yang kami usulkan diatas kapasitas yang di isyaratkan dalam Dokpil, sudah pasti akan lebih mempercepat dan lebih memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Kami minta pokja menunjukan dimana tidak memenuhi teknis peralatan yang kami usulkan ?” tanya Hotman.
Selain itu, dari BAB IV LDP persyaratan teknis memiliki kemampuan menyediakan peralatan utama minimal untuk pelaksanaan pekerjaan, seperti contoh alat berat jenis Exavator PC200 sesuai dokumen lelang kapasitas bucket 0,93 kubik.
Dalam dokumen tender PT KPMA, memasukan alat berat melebihi spesifikasi yaitu dengan melampirkan dukungan alat berat jenis exavator PC320 dengan kapasitas bucket 1,00 kubik. Artinya sudah pasti akan lebih mempercepat pelaksanaan pekerjaan dikarenakan volume angkutnya yang lebih besar.