Pembangunan gedung baru Mall Tatura Palu (MTP) yang rencananya akan dibangun tepat persis di tengah Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, menemui babak baru. Pihak pengelolah MTP melalui PT Citra Nuansa Elok (CNE), telah mengurus perizinan dan syarat lainya. Hal itu menandakan bahwa pembangunan gedung baru MTP yang porak-poranda akibat dampak bencana yang terjadi 28 September 2018 lalu, kini mulai diseriusi.
Kota Palu merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki gairah luar biasa dalam mengembangkan aktivitas ekonominya pasca bencana hebat. Salah satu indikasi geliat itu tergambar dari rencana kehadiran akan gedung baru MTP yang dibangun diatas lahan seluas 17,744 Ha diawal tahun 2020 mendatang tepat ditengah pusat ibukota Sulawesi Tengah.
Mall ini dibangun di atas lokasi bangunan mall lama yang sudah dibongkar akibat dampak bencana lalu. Desain kontruksi MTP akan dibangun menjadi pusat perbelanjaan Tipe A2 dengan tujuh lantai. Dua lantai ke bawah berupa basement dan lima lantai ke atas. Pembangunnya diperkirakan akan menghabiskan dana sekira Rp400 miliar hingga Rp500 miliar, dan ditargetkan dalam 18 bulan akan rampung.
Dan tidak kalah penting desain kontruksi gedung baru itu diklaim sebagai gedung tahan gempa karena didesain secara khusus setelah dilakukan peneletian oleh tim ahli geologi. Struktur gedung baru itu benar-benar diperhatikan
Direktur PT CNE, Mohammad Sandiri melalui Public Relation Agus Manggona mengatakan anggaran rencana pembangunan MTP itu akan menelan anggaran 400 hingga 500 miliar tidak akan dibebankan kepada APBD Kota Palu. Namun PT CNE selaku pengelola MTP melakukan lobi ke pihak investor dan perbankan dan saat ini sedang dalam proses pembonggkaran material gedung lama oleh pihak asuransi serta dalam proses pengurusan izin oleh pihak management CNE, sehingga pada pekerjaan fisik nantinya tidak terjadi kendala soal izin dalam tahap pembangunan kedepan.
“Dari asuransi dan investor anggaranya, dan tidak akan ada menggunakan APBD, Karena itu hasil klaim PT CNE ke asuransi sekitar delapan puluh tujuh miliar itu. Jadi Pemkot disitu dalam hal di posisi dia, tetap pemegang saham, tetap jadi aset pemkot tapi, aset yang disipisahkan jadi dia bicara saham” kata Agus Manggona, kepada Koran Trilogi.
Saat ini, kata Agus, pihak management PT CNE sudah berupaya untuk melobi kepihak luar untuk menambah pembiayaan pembangunan gedung baru MTP sembari menunggu selesai aktifitas pembersihan lokasi oleh pihak asuransi.
Seluruh proses administrasi pembayaran klaim asuransi, tambah Agus Manggona, telah selesai dilakukan. Nilai pertanggungan bangunan menurutnya sebesar Rp87miliar lebih. Namun nilai klaim masih akan digodok oleh pihak asuransi. Terhadap seluruh hasil bongkaran material bangunan beserta isinya yang tersisah, menurutnya akan menjadi milik pihak asuransi. Sebagai konsekwensinya, PT CNE tidak dibebankan lagi atas biaya pembongkaran itu. Dalam hitungan PT CNE, biaya bongkar sekelas bangunan mall bisa menelan anggaran sebesar Rp3miliar lebih.
“Sehingga direksi melakukan komunikasi pihak luar bagaimana untuk pembangunan gedung baru. Rencananya ini akan dibangun awal tahun depan. Dan saat ini masih tahap pembongkaran oleh pihak asuransi karena PT CNE sudah melakukan klaim, jadi segala yang ada didalam itu menjadi aset asuransi, pokonya semua yang ada didalam loksasi itu” jelasnya.
Pemimpin redaksi Jurnalnews.id itu menjelaskan pihak asuransi dalam proses pembongkaran ini melibatkan sebuah perusahaan asal Surabaya yang kompeten dalam bidang bongkar kontruksi bangunan raksasa. Namun pembongkaran tak bisa dilakukan serampangan. Pihak asusransi punya aturan ketat soal itu setelah melalui hasil perhitungan appraisal dari pihak asuransi.
“Karena ada didalam klausul kontraknya itu kalau ada hilang material didalam lokasi itu yang sudah diklaim oleh PT CNE kepada asuransi, maka akan dikenakan sanksi CNE, akan dilakukan pemotongan. Karena klaim itu sudah dibayarkan oleh pihak asuransi ke PT CNE. Misalkan sama dengan mobil tabrakan, kemudian kita klaim kepihak asuransi, rusak berat kan, pasti ketika kita diganti rugi itu mobil sama asuransi, dan tidak mungkin mobil itu jadi milik kita lagi. Begitu kira-kira gambaranya” tegasnya.
Bersamaan dengan proses bongkar, sambung Agus, pihaknya juga telah melakukan uji kekuatan struktur tanah (Sondir) untuk lokasi gedung baru MTP termasuk mengukur kedalaman air terdalam dibawah bangunan. Sekaligus melakukan uji geolistrik. Sebuah metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sebab pembangunan ulang MTP nantinya akan diupayakan berkonstruksi tahan terhadap goncangan gempa.
“Sudah dilakukan penelitian AMDAL apa semua dalam proses termasuk juga tim ahli geologi yang melihat sekaligus bisa memprediksi bahwa sekalipun kekuatan gedung itu dengan kekuatan tujuh sampai Sembilan magnitude itu, tidak akan goyang. Itu desain kontruksi baru nantinya” ungkapnya.
Pembangunan kembali MTP ini kedepan, management PT CNE berupaya untuk membuka akses lapangan kerja bisa terbuka lebar untuk masyarakat Kota Palu dan sekitarnya khususnya bagi penyintas bencana. Selain itu juga pada rekrutmen karyawan nantinya, PT CNE juga akan memberikan pembekalan serta pelatihan, utamanya kepada tenaga kerja lokal.
“Kemudian juga kalau kedepan direksi PT CNE lebih akan meprioritaskan perekrutan tenaga kerja lokal untuk pemenuhan digedung baru ini, ini adalah upaya untuk mengurangi angka pengangguran pasca bencana. Kemudian sebelum masuk ke tahapan itu, akan diberikan pembekalan dan pelatihan untuk tenaga – tenaga kerja ini, termasuk hal-hal tehknis” tutup Agus Manggona ketika ditemui disalah satu kedai kopi di Palu, belum lama ini.