Memasuki satu tahun pascabencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), forum korban gempa bumi & likuefaksi Balaroa bersama masyarakat Palu, akan menggelar doa dan dzikir bersama untuk para korban sekaligus dirangkaikan dengan pemutaran film dokumenter pada peringatan satu tahun pascabencana yang digelar pada Sabtu 28 September 2019, bertempat diruas jalan Manggis, Kelurahan Balaroa yang hanya berjarak beberapa meter dari lokasi likuefaksi.
Kegiatan yang dihadiri pimpinan Majelis Djikir Nuurul Khairat, Almukarom Al Habib Soleh Bin Abubakar Al Idrus atau habib rotan itu bertujuan untuk mengirimkan doa kepada seluruh korban yang meninggal akibat bencana serta lebih bisa merenungkan tentang peristiwa yang terjadi setahun yang lalu.
“Kegiatan zikir ini supaya kita bisa lebih merenungkan tentang bencana apa yang sedang terjadi serta untuk selalu mengirimkan doa bagi kita yang masih hidup buat para korban yang meninggal dunia,” kata sekretaris FKGB Agus Manggona, kepada Koran Trilogi baru baru ini.
Gelaran zikir akbar ini, kata Agus, juga sebagai wujud dan rangkaian untuk memperingati dan mendoakan seluruh korban yang meninggal dunia dalam bencana alam itu. Zikir, tersebut diinisiasi oleh seluruh korban selamat. Ini merupakan bentuk kesadaran korban yang selamat atas kejadian itu.
“Kita niatkan mengirimkan doa-doa yang kita panjatkan untuk para korban yang meninggal saat bencana di Balaroa,” ujarnya.
Selain inti dari kegiatan ini yakni doa dan dzikir untuk para korban bencana, tambah Agus, pihak panitia juga akan memutar filem dokumenter yang berdurasi 3 menit disela-sela acara untuk mengenang suasana perkampungan perumnas dan Kelurahan Balaroa sebelum dan sesudah bencana terjadi. Menurutnya, kegiatan semacam itu penting dilakukan sesering mungkin bahkan dijadwalkan setiap pada tahun-tahun berikutnya.
“Disela-sela itu kami juga akan Putar filem dokumenter bagaimana situasi perumnas sebelum bencana dan sesudah bencana terjadi termasuk saat evakuasi para korban. Ini sebagai bentuk untuk mengenang jasad saudara dan keluarga kita yang telah mendahului agar selalu didoakan” jelasnya.
Agus menjelaskan jika para korban bencana yang meninggal kini hanya membutuhkan kiriman doa dari masyarakat terutama dari keluarga yang masih hidup.
Untuk itu pada kesempatan kegiatan peringatan satu tahun bencana nanti, ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu untuk ikut dalam kegiatan yang diagendakan tepat tanggal 28 September 2019.
“Kegiatan ini kita buka untuk umum, siapa yang mau datang silahkan bersama sama untuk mendoakan para korban meninggal akibat bencana. Kegiatan ini kita mulai pada badha Ashar, kemudian kita lanjutkan sholat Maghrib berjamaah lalu pemutaran film dokumenter. Itu rencana serangkaian kegiatan itu nanti” tutupnya.
Agus berharap pasca musibah 28 September 2018 itu, memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat dan para pemangku kebijakan agar makin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang dapat mengundang datangnya bala.
Diketahui, bencana Pasigala pada 28 September 2018 yang lalu, telah memporak porandakan daerah di Pasigala. Daerah terparah seperti, yaitu Petobo, Balaroa, Jono Oge dan termasuk daerah di Pesisir Pantai Teluk Palu.
Bencana yang masih meninggalkan trauma bagi masyarakat dan korban di Pasigala, menelan ribuan korban meninggal dunia. Diperkirakan jumlah orang yang hilang dari bencana di Pasigala sekitar 15.000 lebih. Sementara itu, bencana itu juga menghasilkan 164 ribu orang yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencahariannya.
Very interesting details you have mentioned, thank you for putting up.Expand blog