PARIGI – Penyidik diminta turun langung untuk mengusut tuntas proyek darurat yang menelan angaran Miliaran rupiah, yang dikerjakan asal asalan di salah satu Desa di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.
Berdasar pemantauan dilapangan, ditemukan hal tak lazim mewarnai pekerjaan non lelang tersebut. Mulai dari terlalu kecilnya material bebatuan yang digunakan, cara menata bronjong yang terkesan tidak memperhitungkan kekuatan menahan tanah di bibir sungai bila terjadi hujan, hingga penggunaan bahan kawat yang ditengarai tidak sesuai spesifikasi teknis disarankan pada teknis pembuatan bronjong.
Proyek bencana penanganan darurat berupa perbaikan tebing sungai Desa Sidoan Barat dan Sidoan, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) senilai Rp4,7 miliar disinyalir dikerjakan secara asal. CV Cahaya Prima selaku pelaksana pekerjaan Dana Siap Pakai (DSP) APBN 2017 milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Parimo diduga kuat banyak melanggar bestek, sehingga pekerjaan konstruksi berupa pemasangan bronjong tersebut tidak akan banyak membantu mengurangi kerugian yang lebih besar akibat bencana di wilayah itu.
Beberapa warga sekitar proyek menyatakan seharusnya pada bagian bawah atau di dasar tepi sungai Sidoan itu, batu yang digunakan harusnya berukuran lebih besar. Dengan demikian, batu tersebut, kata warga akan mampu menahan beban bebatuan lebih kecil yang ditumpuk di atasnya.
”Yang lebih memprihatinkan, anyaman kawat pagar bronjong tidak menggunakan paku ikat. Wajar saja bila hujan, gampang berubah bentuk, lalu ambruk,” ujar warga yang tinggal tak jauh dari lokasi proyek tersebut, baru-baru ini.
Fakta didapat di lapangan, proyek dikerjakan mulai pada bulan Juni 2017 itu juga sudah nampak berantakan, diterjang air bah baru-baru ini. Hal ini tentunya ditenggarai akibat proses pekerjaanya asal asalan.
Uni Kontraktor pelaksana CV Cahaya Prima yang dikonfirmasi seperti dilansir disalah satu media online di Palu menjelaskan jika proyek tersebut dikerjakan secara asal. Kontraktor pengadaan komputer yang juga mengerjakan proyek dermaga di Kasimbar ini menyatakan bahwa bronjong tersebut memang sudah pernah disapu air bah, sehingga nampak seperti bronjong yang dikerja secara asal-asalan.
“Tidak ada dikerjakan secara asal. Itu foto-foto (yang ada pada wartawan) adalah foto foto proyek bronjong di Desa Sidoan setelah ada banjir”, kata Uni.
Uni juga mengaku bahwa dirinya menderita kerugian karena, pada waktu banjir menerjang proyek yang sedang ia kerjakan, banyak kawat bronjong baru miliknya ikut hanyut tersapu air.
” Hanyut krn tukangku sudah menaruh kawat belum diisi material, kawat baru di bantaran sungai, karena pada waktu itu hari sudah sore. Padahal pada subuhnya, ada banjir besar. makanya banyak kawat kami yang hanyut”, katanya.
Would you fuck me right when I got home from work? http://prephe.ro/Bdsn