Hal ini mengindikasikan, bahwa anggaran fantastis itu digelontorkan tidak serta merta bisa meningkatkan kualitas proyek Pembangunan Pipa Distribusi Air dan Sambungan Rumah Zona 3 dan Zona 4 untuk 9000 rumah diwilayah Kota Palu dan sekitarnya.
”Seharusnya menggunakan Agregat S atau B dengan komposisi setengah split ditambah skrining kemudian ditambah abu batu. Selain itu, alat yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan hanya menggunakan Bucket excavator, padahal seharusnya menggunakan Vibrator Tandem yang berkapasitas 6 – 8 ton,” katanya.
Dia menegaskan, pihak Kementrian PUPR dan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Sulteng sebaiknya mengevaluasi pekerjaan dan jangan asal menerima pekerjaan dari pihak penyedia jasa.
“Jelas sekali dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan metode pekerjaan. Dilihat dari sisi material dan pemadatan saja sudah tidak maksimal. Jelas secara otomatis akan lebih irit terhadap material dan penggunaan alat Baby Roller yang diduga tidak sesuai komitmen, ini perlu dilakukan pengukuran terhadap volume kubikasi dari panjang, lebar dan tinggi material yang terpasang di bahu jalan apakah sesuai atau tidak,” tuturnya.
Kritikan itu juga disampaikan oleh warga setempat mengatakan, bahwa pihak pelaksana tidak mengindahkan keselamatan para pengendara akibat tumpukan material yang diletakan secara serampangan hingga memakan separuh badan jalan dengan memasang alat penanda seadanya.
”Bahkan sebelumnya ada Dum Truck yang terperosok hingga rodanya tertanam bahu jalan. Sudah jelas membahayakan pengguna jalan cobalah sekalipun sepele itu kan sudah ada aturannya,” ujarnya.
Sementara itu Hamzan seorang Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas PUPR Provinsi Sulawesi Tengah yang menangani ruas jalan Biromaru – Karanjalemba, menjawab konfirmasi terkait dengan standar penggunaan material untuk badan jalan yang dirusak, mengaku sudah menggelar rapat bersama pihak kontraktor pelaksana mitra BPPW Sulawesi Tengah.
“Minggu kemarin kami sudah rapat dengan pihak, Pengguna, kontraktor dan Konsultan pelaksana pekerjaan yang dimaksud. Dan mereka sesuai dengan kesepakatan akan mengembalikan ke kondisi awal, kemarin di rapat kami minta untuk di tambahkan urpil dan dipadatkan memakai alat standard pemadatan. Akan kami tegur lagi mereka” katanya melalui pesan yang diterima group media konsorsium Sulawesi Tengah.
Menurut Hamsan, penggunaan alat pemadat tergantung tempatnya. Kalau di dalam lubang pake stamper, tapi kalau yang dipermukaan bisa pake tandem ataw babyroller, namun kalau cuma utuk meratakan permukaan cukup baby roller saja karena yang lubangnya sudah pake stamper.
Namun setelah dikirimkan gambar terkini pekerjaan yang terkesan dilaksanakan serampangan, PPTK mengaku akan menegur pihak pelaksana.
“Ok, terima kasih infonya, segera kami akan bikin teguran” jelasnya.