Hampir setahun dibiarkan rusak, mesin pompa air milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS III) dikeluhkan oleh penyintas gempa yang menghuni shelter Hunian Sementara (HUNTARA) yang berlokasi di Desa Binangga, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi.
Hari-hari Mahmud beserta penyintas lainya yang menghuni Huntara di desa Binangga, kembali direpotkan dengan urusan air bersih. Bukan tanpa alasan, sejak dibangunya Huntara sebanyak 21 unit setahun yang lalu, supaly air masih mengandalkan pasokan air bantuan mobil tangki milik Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BP2W) Provinsi Sulawesi Tengah, Kementrian PUPR.
Terpaksa, sebelum matahari terbit dan menjelang petang, dengan membawa dua jirigen, ia bersama istrinya mengendarai motor ke salah satu sumber air yang berjarak 1 kilometer dari biliknya. Di sumur umum itu ia mengambil air hingga dua jirigennya penuh. Setelah itu, ia kembali ke huntara.
Baca Juga : DORONG KETAHANAN PANGAN, BWSS III PULIHKAN IRIGASI GUMBASA TAHAP I
Dengan air yang terbatas, Mahmud harus memutar otak membaginya untuk memasak, mandi, dan mencukupi air minum bagi mereka berdua. Kalaupun kurang, Mahmud akan kembali menuju sumur yang berada didaerah persawahan. Sehari ia bisa bolak-balik lebih dari empat kali.
“Setengah mati air, makanya banyak warga yang lari dari huntara, hanya karena air. Heran saya padahal sumur suntik ini ada, tapi mesinya dibiarkan rusak dan ini sudah lama tidak diperbaiki ” keluh Mahmud yang ditemui dilokasi belum lama ini.
Biasanya jika suplay air datang, tambah Mahmud, itu hanya bisa bertahan selama satu hari saja. Setelah itu, menunggu jadwal pengisian kembali selama dua hari yang dipasok oleh armada pengangkut air bersih milik BP2W Provinsi Sulteng.
Mahmud bercerita, sulitnya mendapat air sudah menjadi cerita sehari-hari warga di Desa Binangga, terlebih para penghuni Huntara. Air di Huntara Binangga selama ini semata-mata hanya mengandalkan pasokan armada tangki milik BP2W Provinsi Sulawesi Tengah dan tidak lagi mengandalkan air dari sumur suntik yang bangun oleh BWSS III sepuluh tahun lalu.
“Kami berharap agar pemerintah mendengar kami dan cepat memperbaiki mesin pompa ini agar mesin air ini bisa jalan. Kasihan kalau kita berharap terus supaly air dari mobil tangki dan itu tidak hari-hari. Sekali lagi kami berharap pemerintah agar mesin pompa air di desa kami diperbaiki“ pintanya.
Untuk merespon keluhan dari masyarakat setempat terlebih para penghuni huntara, Pemerintah Desa Binangga, sudah berupaya melaporkan permasalahan kerusakan mesin pompa air yang menyuplai kebutuhan air baku bagi 1015 kepala keluarga (KK) ini kepada pihak BWSS III, namun hingga saat ini tidak mendapat respon.
“ Jadi sekarang kan tidak difungsikan lagi, kendalanya dari mesin. Mesinya tidak bisa lagi menarik air. Makanya saya kemarin ke BWSS minta tolong bagaimana dulu diantisipasi kedepanya ini kan. Karena penduduk di huntara itu kesulitan air “ kata Sekretaris Desa Binangga, Musran yang dikonfirmasi via telfon, Kamis 20 Februari 2020.
Musran menjelaskan kerusakan pada mesin pompa air yang biasa mensuplay kebutuhan air bersih bagi 273 KK yang menghuni huntara desa Binangga, menyebabkan sebagain para penyintas mengosongkan bilik huntaranya dengan alasan air.
Atas dasar itulah, tambah Masran, pihak pemerintah desa Binangga berulang kali melaporkan permasalahan kerusakan mesin pompa air tersebut dengan cara mendatangi kantor BWSS III. Pemerintah desa berharap, agar mesin pompa air yang berlokasi diarea huntara segera diperbaiki kembali. Sebab keberadaan mesin pompa air itu, selain memenuhi kebutahan dasar air bersih bagi penghuni huntara juga bagi penduduk desa Binangga sebanyak 1015 KK.
“Sudah dua kali kami kesana belum ada tindaklanjutnya itu, karena mereka sampaikan ke saya makanya mesin itu akan diperbaiki dan dirubah saja menggunakan panel solar shell. Tapi sampai hari ini belum ada juga tanda perbaikan. Saya berharap agar pihak BWSS III segera memperbaiki mesin ini agar bisa digunakan kembali oleh warga” harapnya.
Keberadaan satu unit bangunan Reservoir penampung air baku dari kedalaman pengeboran 103 meter yang berada diareal seluas 15 Ha itu dibangun sejak tahun 2010 silam oleh Direktorat Sumber Daya Air (SDA) melalui BWSS III, saat ini ini kondisinya kosong melompong. Bak Reservoir itu tidak lagi menampung air, akibat mesin pompa air merk Jet Pump yang berkapasitas 20 liter / detik, milik BWSS III itu telah rusak sejak lama.
Padahal keberadaan mesin pompa air ini dibangun, bertujuan untuk memenuhui kebutuhan dasar air bersih bagi 1015 KK penduduk yang ada didesa Binangga, terlebih bagi para penyintas gempa yang menghuni Huntara sebanyak 273 KK. Sampai berita ini diterbitkan pihak Satker OP BWSS III belum dapat dikonfirmasi terkait dengan permasalahan ini.
Penyediaan air bersih dalam masa pascabencana, salah satunya di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1357 / Menkes /SK / XII / 2001 Tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi.
Sesuai SK Menkes itu kersediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per orang per hari. Distribusi air bersih dan urusan sanitasi pascabencana di Sulteng, dikordinasi dalam Sub-Klaster Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (WASH). Selain berisi unsur pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Sub-Klaster Wash berisi sejumlah lembaga kemanusian.
Selama masa tanggap darurat hingga rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana, distribusi air bersih yang berada di Huntara Desa Binangga, masih mengandalkan pasokan air bersih dari armada mobil tangki air milik BP2W Provinsi Sulawesi Tengah.