Budidaya ikan air tawar diwilayah Kabupaten Sigi sangat terkenal sebagai pasokan konsumsi rumah tangga dan juga kuliner di Kota Palu.
Akibat multi dampak gempa di Pasigala 28 September 2018 lalu menyebabkan water table, jauh turun ke bawah muka tanah, sehingga air yang masuk ke kolam akan merembes.
Ketua Ispikani Sulteng Dr Hasanuddin Atjo MP, yang dihubungi pada Kamis 22 Agustus 2019 lalu, turun langsung meninjau dari dekat sekaligus mengarahkan teknis terhadap percontohan budidaya ikan air tawar hemat air di kabupaten Sigi.
Hasanuddin Atjo selaku Ketua Ispikani (Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia) Sulteng datang berdasarkan Permintaan DKP Sulteng untuk memberikan pendampingan terhadap percontohan budidaya ikan hemat air tersebut.
“Percontohan budidaya ikan tawar dan kolamnya sudah ada tinggal dirapihkan kemudian di lapisi terpal orchid (ex Korea)” kata Hasanuddin Atjo kepada Koran Trilogi Jumat 23 Agustus 2019.
Mantan Kadis Kelautan Perikanan Sulteng ini menjelaskan pembuatan kolam percontohan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Sigi adalah upaya menata kembali usaha mata pencaharian pembudidaya di wilayah itu.
“Ini merupakan tempat percontohan dengan menggunakan kincir mini. Masyarakat lainnya bisa melihat dan belajar. Dan program bantuan lainnya bisa mencontoh “ jelas Hasanuddin Atjo yang saat ini menjabat Kepala Bappeda Sulteng
Hasanuddin Atjo yang juga Kepala Bappeda Sulteng, yang dikenal luas oleh masyarakat perikanan Indonesia sebagai inovator dibidang budidaya perikanan. Bahwa percontohan budidaya ikan tawar teknologi hemat air ini yang menggunakan plastik juga merupakan gagasannya saat masih menjadi Kadia Kelautan dan Perikanan Sulteng.
“Pihak DKP masih tetap meninta saya untuk memberikan pendampingan demi keberlanjutan proyek percontohan yang ada di wilayah Kabupsten Sigi” ujarnya.
Atjo nenjelaskan bahwa pasca bencana multidampak 28 september 2018 menyebabkan water table, khususnya di kabupaten Sigi jauh turun ke bawah muka tanah, sehingga air yang masuk ke kolam akan merembes.
Guna mengfungsikan kolam ikan air tawar yang sudah ada, maka harus dilapisi plastik khusus. Seperti kolam percontohan rata-rata berukuran 10 x 20 meter dengan kedalaman air 1,5 meter dan menggunakan kincir mini sebanyak 2 buah.
“Setiap kolam akan ditebari sekitar 12 000 ekor benih dan dalam jangka waktu 4 bulan dapat di panen ikan jenis nila sekitar 2,5 – 3 ton. Klu harga ikan nila per kg sekitar 35 ribu rupiah, maka pendapatan kotor per kolam 87,5 – 105 juta rupiah” ungkapnya.
Sementara itu Jemmy Housan yang juga Wakil Ketua Kadinda Sulteng mengapresiasi kinerja Hasanuddin Atjo selaku Ketua Ispikani Sulteng yang cukup memberikan perhatian besar untuk mengembalikan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Sigi pasca multi gempa 28 September 2018 lalu.
“Wilayah Kabupaten Sigi itu terkenal sebagai penghasil budidaya ikan air tawar yang mensuplay ikan nila untuk konsumsi rumah tangga maupun kuliner di kota Palu bahkan keluar daerah seperti Kalimantan. kata Jemmy Hosan, yang dihubungi terpisah oleh Koran Trilogi dihari yang sama.
Akibat multi dampak gempa diwilayah Pasigala kata Jemmy sebahagian besar kolam budidaya ikan air tawar mengalami kerusakan dan ikut menpengaruhi pendapatan pembudidaya ikan air tawar.
“Adanya perhatian dari Hasanuddin Atjo sebagai inovator dibidang budidaya perikanan dan juga Ketua Ispikani Sulteng bagi saya kolam percontohan budidaya ikan air tawar sangat postif guna mengembalikan Sigi sebagai produsen ikan air tawar dan pembudidaya bisa mendapatkan penghasilannya kembali” katanya.
Terpisah Dr Zakir Muhammad SE,MM Wakil Ketua Finansial dan Perbankan Kadinda Sulteng upaya dilakukan Hasanuddin Atjo sangat membantu, pembudidaya ikan air tawar di Kabupaten Sigi.
“Karena pemanfaatan kolam contoh merupakan gagasan pak Atjo ini perlu diapresiasi. Kolam yang terbuat bahan terpal adalah bagian dari tehnologi budidaya yang segera diaplikasikan pada lokasi tanah kritis dan mampu menyimpan air untuk budidaya ikan lebih efisien” pungkas Zakir Muhammad yang juga Dosen Pasca Sarja STIE Palu.