Puluhan warga di Dusun Lambolo, Desa Ganda ganda, Kecamatan Petasia, Morowali Utara, memblokade jalan Provinsi. Pasalnya, warga marah setelah jalan di desa mereka rusak berat akibat perlintasan kendaraan berat milik beberapa perusahaan pertambangan nikel.
Warga kesal, karena sejumlah pengendara yang melintas di jalur tersebut kerap terjadi kecelakaan tunggal, akibat kondisi jalan licin, dan penuh lumpur.
Anjas warga desa setempat kepada Trilogi mengatakan, kalau aksi blokade itu dilakukan murni spontanitas warga untuk menagih janji pihak pemerintah dan perusahaan untuk melakukan perbaikan, yang hingga kini tak kunjung dipenuhi.
“Tadi pagi anak kami mau ke sekolah jatuh lewat disini, dan ini sudah sering terjadi. Makanya kami minta pemerintah dengan perusahaan untuk segera perbaiki jalan ini. Kami butuh kepastian, bukan hanya janji. Karena anak kami sudah celaka !,” ungkapnya yang dihubungi dari Palu.
Menurutnya desakan ini datang setelah dampak dari rusaknya jalan dirasakan warga secara masif. Anak-anak bersusah payah untuk bisa berangkat sekolah. Warga yang hendak berjualan atau ke kebun pun harus berhati-hati melintas djalan tersebut, karena kondisi jalan licin, berlubang dan dipenuhi lumpur.
Kondisi jalan rusak berat, membuat puluhan warga melakukan aksi blokade jalan. Aksi protes warga ini sudah ketiga kalinya untuk mendesak pemerintah maupun perusahaan melakukan perbaikan.
“Kita sudah dimediasi bulan lalu antara Wakil Ketua komisi I, dengan pak Camat ini yang mewakili pak kades, namun sampai sekarang tidak ada penyelesaian untuk perbaikan jalan umum ini !. Anak sekolah tadi pagi, terbanting-banting motornya dijalan ini” kesalnya.
Anjas bersama puluhan warga yang menggelar aksi blokade jalan tersebut berharap agar pemerintah dan perusahaan mencari solusi untuk segera memperbaiki jalan diwilayah itu agar aktifitas warga kembali lancar.
Sementara itu Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah mengakui jika penanganan perbaikan kondisi jalan rusak diwilayah itu pernah dilakukan, akibat aktifitas kendaraan bertonase besar milik perusahaan pertambangan mengakibatkan jalan itu rusak kembali.
“Susah disitu kalau mau diperbaiki jalanya, karena kendaraan besar milik tambang selalu lewat disitu. Setelah diperbaiki, pasti rusak kembali !. Karena hanya jalan itu yang dipakai pihak perusahaan. Jadi sama halnya kita buang-buang anggaran ke laut !” kata Kabid Jalan dan Jembatan, Asbudianto.
Asbudianto juga mengakui pemerintah Sulawesi Tengah terkendala melakukan perbaikan jalan diwilayah itu, akibat penolakan sejumlah pemilik lahan yang enggan membebaskan lahanya untuk pelebaran jalan. Meskipun alokasi anggaran dan perencanaan sudah disiapkan.
“Disitu rumah warga dekat sekali dengan jalan, makanya kami minta untuk dibebaskan demi pelebaran jalan dan pembuatan saluran. Tahun ini Kami siapkan Lima miliar !. karena
warga menolak lahanya untuk pelebaran jalan, makanya yang kami kerjakan hanya sampai batas di pelabuhan itu saja. Itu kita alokasikan anggaran untuk penanganan jalan di Towi tahun ini !” jelas Asbudianto.
Selain itu, kata Asbudianto, berharap agar pihak perusahaan pertambangan diwilayah itu, harus memiliki kepedulian terhadap kerusakan jalan yang dlintasi kendaraan tambang.
“Intinya perusahaan yang menyebabkan kerusakan jalan, harus ikut bertanggung jawab juga. Jalan disitu kalau hujan sangat licin, tapi kalau panas, jalanya berdebu” ujar Asbudianto.
Warga Kota Kolonodale, Morowali Utara, mengeluhkan kondisi jalan raya yang menghubungkan wilayah itu dengan Desa Ganda-ganda Kecamatan Petasia.
Jalan ini rusak berat sejak lama dan belum ada tanda-tanda mendapat perbaikan dari Pemerintah atau pihak perusahaan pertambangan. Dari pengakuan warga setempat sejak lama jalan tersebut tergenang air dan licin ketika dilalui kendaraan, apalagi di musin hujan seperti saat ini.
Warga harus berkendara siksak saat melalui sejumlah titik jalan yang mirip kubangan kerbau agar terhindar dari kecelakaan. Jalan tersebut tampak berlubang dan berlumpur.