Dr Misran Lawani MSi Akademisi asal Kabupaten Poso mengatakan untuk menuju Sulteng tahun 2020 saatnya figur calon Gubernur Sulteng yang mempunyai kualitas SDM mumpuni dan tentunya berintegritas, rekam jejak yang baik, dan juga memahami dengan tepat dan benar karakter potensi SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDA (Sumber Daya Alam),di setiap daerah.
Kepemimpinan Gubernur Sulteng H Longki Djanggola, kata Misran menarik untuk dicermati, karena melihat telah dua periode memimpin Sulteng, sehingga kompetisi di Pilkada Sulteng tahun 2020 ke depan akan lebih terbuka bagi figur-figur baru untuk saling berkompetisi dengan menawarkan gagasan dalam membangun Sulteng.
“Karena potensi Sulteng luar biasa tetapi belum digarap secara optimal untuk itu kesejahteraan rakyat. Untuk itu ke depan dibutuhkan figur calon Gubernur yang mempunyai kualitas SDM yang mumpuni dan tentunya berintegritas, rekam jejak yang baik, dan juga memahami dengan tepat dan benar karakter potensi SDM dan SDA di setiap daerah” kata Misran Lawani.
Menurut dia figur calon Gubernur kedepan diharapkan juga mampu menangkap aspirasi masyarakat dengan baik, termasuk di dalamnya, yang sampai saat ini menginginkan pemekaran daerah menjadi daerah otonomi baru “Sultim”.
Tarik menarik dikalangan masyarakat di mana tepatnya lokasi calon ibu kota daerah otonomi baru harus benar-benar dikaji dari semua aspek, bukan didominasi oleh aspek politik semata, serta tidak melupakan aspek historis terbentuk Sulteng ketika itu.
“Saya kira semakin banyak figur calon Gubernur yang muncul akan semakin baik, karena masyarakat akan diperhadapkan dengan banyak pilihan. Munculnya nama sejumlah figur Dr. Ir. H. Hasanuddin Atjo, MP, Dr Hidayat Lamakarate dan H Ahmad Ali sebagai bakal calon Gubernur Sulteng patut diapresiasi” kata Misran.
Figur seperti Dr Ir H Hasanuddin Atjo MP yang menjabat Kadis Kelautan Perikanan kata pakar Agriculutural ini adalah seorang intelektual dan birokrat, dengan kepakaran dan pengalaman beliau, nantinya akan sejalan dengan visi misi dengan Presiden terpilih, yang dalam programnya mengedepankan pembangunan SDM dan ekonomi keumatan/kerakyatan. Begitupun Dr Hidayat Lamakaraten Birokrat yang saat ini jabat Sekprov.
Ditambahkan pembangunan ekonomi kerakyatan, agar benar-benar menyentuh kepentingan masyarakan sebaiknya dimulai dari pedesaan. Perlunya pemetaan perwilayahan komoditas yang benar-benar potensial mempunyai nilai jual yang harus dikembangkan. Tentunya dengan sentuhan teknologi dan konsep agribisnis. Pemasaran suatu produk komiditas harus difasilitasi oleh pemerintah.
Dengan konsep perwilayahan kata Misran Lawani seperti ini, setiap daerah tidak perlu ada homogenitas komoditas yang dikembangkan, baik disektor peternakan, perkebunan, kehutanan, pertanian, perikanan dan sebagainya.
“Cara ini akan membuat antar daerah saling membutuhkan satu sama lain pada suatu komoditas, dan juga terutama mencegah terjadinya urbanisasi dari desa ke kota, karena terbukanya lapangan kerja baru di desa” katanya.
Secara terpisah .Dr M Ahlis Djirimu Ph.D Ekonom Untad Palu mengatakan pasca Longki butuh figur yang mau berpikir di luar pakem, dengan usaha luar biasa. 13 kab/kota selama ini belum terkelola baik karena belum ada figur yang berpikir holistik. Akibatnya Sulteng terbangun parsial. Visi misi masing-masing Kepala Daerah belum fokus dan integratif.
Sepatutnya, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 dirujuk khususnya pada periode keberapa. Sebaiknya, laut menjadi masa depan Sulteng.
“Pola pikir yang selama ini membelakangi laut, teluk, selat samudera mengubah
menjadi menghadap ke laut. Selanjutnya ada perubahan pola pikir dari Sulteng Uncorporated menjadi Sulteng Incorporated sekaligus menjadi dasar Poros maritim Sulteng mngimplemetasikn 10 gatra pembangunan nasional ipolisosbud hankam” kata Akademisi Untad Palu itu.
“Figur Cagub tahun 2020 saatnya figur yang mau kerja keras siapapun orangnya dan terlebih penting harus konsukwen apa yang menjadi Visi dan Misi membangun Sulteng lebih maju” kata M Ahlis Djirimu.
Ekonom Untad Palu ini melihat figur Dr Irv Hasanudin Atjo MP sangat visioner. Beliau dulunya tepat sebagai perencana Sulteng ketimbang birokrat. Sayangnya pemikiran beliau selama 7 tahun ini sepatutnya terimplementasi.
“Saya pikir akan lain bila 7 tahu lalu beliau think tank Sulteng pasti akan ada kenangan yang ditinggalkan Gubernur H Longki. Saya melihat, pak Hasanudin Atjo bukan lagi milik Sulteng. Pak Hasanudin Atjo adalah milik Indonesia. Pak Rokhmin Dahuri mantan Menteri KKP saja akui beliau sebagai alumni IPB (Institut Pertanian Bogor) terbaik” kata M Ahlis Djirimu.