Zainudin Tambuala, Lc. Ma, adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tengah periode 2014-2019 yang juga merupakan politisi, sekaligus ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahterah (PKS )Provinsi Sulteng terpilih saat ini.
Meskipun pada tahun 2016 dirinya digadang gadang untuk ikut bersaing di bursa calon Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Kota Palu lalu, namun itu tidak terjadi. Kami ingin membagi sedikit kisah hidup politisi yang tanggal 23 November lalu genap berusia 43 Tahun.
Semasa kecil bercita-cita menjadi seorang guru. Alasanya sederhana, karena ingin dirinya dapat membantu sesama. Namun keihklasanya menjalani skenario hidup, membawanya ke dunia yang tak pernah dicita-citakanya. Dunia politik. Kendati demikian, tekadnya tidak berubah.
Dimanapun beraktifitas, dia selalu berupaya menjadi bagian dari solusi. Bukan justru bagian dari masalah. Ustad Udi sapaan akrabnya sehari hari itu, semasa kecil hidup seperti anak anak lainya. Ayahnya yang dulu seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu berpikir jauh kedepan. Udi disekolahkan di pasantren Alkhaerat Palu. Rupanya, inilah menjadi dasar bagi langkah besar Zainudin Tambuala ke masa depan.
Dari Pasantren Alkhaerat Palu, anak pasangan dari Alm Drs. Halidu Tambuala dan Alm. Halima Liwetina itu, melanjutkan pendidikan kulian di Sekolah Tinggi Islam Agama Negeri (STAIN) Datokarama Palu dan mengambil gelar sarjana S2 di Negara Mesir. Sepulangnya dari Mesir, sebetulnya ingin pulang mengamalkan ilmunya di Palu yang notabene kampung kelahiranya sendiri.
Namun, melalui beberapa organisasi yang digelutinya, teman temanya menginginkan peranya. Di tanah kelahiranya, Zainudin Tambuala beraktifitas sebagai tenaga pengajar di Universitas Alkhaerat (UNISA) Palu. Singkat cerita, dia pun di daulat menjadi salah satu tokoh pengurus PKS di Sulteng.
Berawal di PKS inilah Zainudin Tambuala berkiprah di dunia politik yang dikenal kejam. Namun, politik tidak mengubah prinsip hidup Zainudin Tambuala yang di pegangnya sejak kecil. Dia bertekad menjadikan politik sebagai bagian dari solusi permasalahan daerah. Bukan sebaliknya, menjadikan politik sebagai sumber masalah bagi daerah.
Kipra Zainudin di PKS terus menanjak. Bahkan, politkus yang sudah di karunia empat orang anak tersebut dua kali menjadi ketua DPW PKS Sulteng. Dia juga menunjukan prestasi dengan menjadi salah satu anggota DPRD Provinsi Sulteng dari PKS sebanyak II periode 2009-2014, dan 2014-2019 yang terpilih dengan suara melebihi bilangan pembagi pemilih. Hal ini menunjukan bahwa Zainudin adalah figur yang siap mengemban amanah apapun dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi.
Kemampuanya sebagai pemimpin yang juga diperlihatkan ketika membawa sambutan dihadapan sejumlah kader PKS empat bulan lalu, Ketua Panita Pemilihan (Panlih) Wakil Gubernur Sulteng itu, dengan lantang mengatakan, selain karakteristik kader dalam perubahan, adalah berdasarkan aqidah yang benar. Tidak boleh menghalalkan segala cara untuk meraih perubahan.
Perubahan itu kata dia, dilakukan harus bersifat humanis. Jangan sampai ada kader, membuat perubahan di satu pihak mengangkat orang lain dan menginjak orang lain. Dalam perubahan yang humanis ini, jelas anggota DPRD Sulteng, sebagaimana peristiwa Fathul Makkah.
Saat itu Sayidina Abu Bakar Siddiq membawa bapaknya, Abu Quhafa, menemui Rasulullah Muhammad SAW, agar mengislamkan ayahnya yang kala itu sudah tua namun masih musyrik. Sesampainya di hadapan Rasul, Rasulullah berkata, “Hai Abu Bakar, biarkan saya yang mendatangi ayahmu bukan ayahmu yang datang ke saya.” Zainudin menjelaskan, dari kisah itu menunjukkan walaupun Rasul telah menguasai politik saat itu, tapi Rasulullah masih berjiwa humanis.
Zainudin kini tak lagi hanya milik PKS, melainkan sudah menjadi milik daerah. Makin banyak kalangan yang merasa turut memiliki dia. Zainudin dengan gembira menyambut siapa saja untuk turut bersamanya berjuang demi bangkitnya daerah tanah kaili ini.
Sebagai wujud cinta tanah kelahiran, kini Zainudin siap menjalankan tugas dari partai untuk di calegkan kembali di Dapil Sigi, Donggala. Tekadnya tetap sama. Yakni berusaha memaksimalkan kemashalahatan bagi seluruh masyarakat melalui kewenangan sebagai anggota dewan yang menyusun anggaran, mengontrol eksekutif dan membuat UU yang berpihak pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Red : Wahyudi / trilogi.co.id
You have mentioned very interesting points! ps nice
website.Raise blog range