Pemerintah Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah telah mengerahkan sejumlah alat berat untuk penanganan setelah bencana alam banjir bandang dihari pertama.
“Sejak Jumat pekan lalu, kami sudah mengerahkan beberapa alat berat ke titik banjir yang ada di Kecamatan Banawa Selatan dan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala,” kata Kepala BPBD Donggala, Akris, Minggu 18 Oktober 2020.
Ia mengatakan banjir bandang pada Kamis 15 Oktober 2020, menerjang dua wilayah di Kabupaten Donggala yang menyebabkan beberapa titik badan jalan mengalami dampak.
Begitu pula ada beberapa jembatan yang ikut diterjang banjir.
Guna membuka akses arus kendaraan ke sejumlah desa di dua kecamatan tersebut karena jembatan dan jalan mengalami kerusakan, maka Pemkab Donggala langsung mengirimkan sejumlah alat berat ke lokasi banjir, sehari setelah bencana terjadi.
Hingga kini akses jalan antar desa yang tadinya sempat putus, sudah bisa dilalui kendaraan sepeda motor dan mobil sehingga pendistribusian logistik untuk para korban di semua desa terdampak di Kecamatan Banawa Tengah maupun Banawa Selatan sudah kembali berjalan lancar.
Ia menambahkan ada sejumlah jembatan yang putus, kini sedang dibuatkan jembatan darurat agar bisa dilewati.
Ada tujuh jembatan yang putus atau roboh, dan lima titik jalan yang menghubungkan satu desa dengan lainnya longsor saat hujan lebat mengguyur daerah itu dalam beberapa hari terakhir ini.
Bahkan, kata dia, hingga kini wilayah-wilayah terdampak bencana banjir bandang masih diguyur hujan lebat.
Seperti yang dikuti Koran Trilogi dari Antara News, beberapa titik pemukiman penduduk di dua kecamatan itu masih terendam banjir.
Jumlah warga yang terdampak banjir bandang di Kecamatan Banawa Selatan dan Banawa Tengah sebanyak 2.225 kepala keluarga (KK).
Banjir bandang di dua kecamatan tersebut membuat warga terpaksa mengungsi sementara ke tempat-tempat aman.
Sampai saat ini masih bertahan di beberapa titik penampungan pengungsi, terutama yang rumahnya hanyut terseret banjir.
Guna membantu masyarakat yang terdampak bencana alam, para relawan kemanusiaan bersama dengan unsur TNI/Polri, Basarnas, Dinsos, BPBD, dan masyarakat berada di lokasi banjir, ungkap Akris.
Berdasarkan informasi dari BMKG Pusat, puncak fenomena La Nina diprediksikan terjadi pada Januari hingga Februari 2021, tetapi curah hujan tinggi sudah dimulai dari Oktober 2020 sehingga perlu waspada terhadap dampak dari yang ditimbulkan.
Curah hujan yang tinggi sangat berpeluang terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.