Pengaman Pantai Teluk Palu merupakan salah satu kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di Pasigala (Palu, Sigi dan Donggala) dengan sumber dana dari Loan Asian Development Bank (ADB). Kegiatan ini memiliki lingkup pekerjaan berupa perencanaan dan pembangunan tanggul pantai untuk menahan pasangnya air laut sepanjang 7,2 km, rehabilitasi inlet dan outlet saluran drainase sepanjang 7,2 km, dan pembuatan tambatan perahu di 4 lokasi.
Pembangunan tanggul bermanfaat untuk melindungi warga pesisir Teluk Palu dari ancaman pasang air laut, memberikan rasa aman warga dari kemungkinan naiknya air laut akibat pasang, mendukung pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan kondisi aman dari ancaman pasang air laut.
Memasuki tahun kedua setelah bencana alam yang terjadi pada bulan September 2018 silam membuat sebagian besar infrastruktur di Kota Palu dan sekitarnya luluh lantak. Perhatian serta aksi tanggap pemerintah mulai dari penanganan hingga pasca bencana bahkan rehab rekon mulai memperlihatkan progres.
Salah satu yang dinilai urgen untuk ditangani secepatnya adalah pengaman bibir pantai untuk menyelamatkan infrastruktur lain dari abrasi akibat rob. Rusaknya pengaman pantai dan turunnya permukaan tanah akibat gempa menjadikan wilayah garis pantai Talise hingga Silae menjadi langganan rendaman akibat rob.
Sejak dimulainya proses rehab rekon yang diresmikan oleh wakil Menteri PUPR, John Wempi Wetipo, yang didampingi, Direktorat Sumber Daya Air Kementerian PUPR bergerak cepat mewujudkan pembangunan tanggul pengaman pantai sepanjang 7,2 kilometer dengan pelaksana pekerjaan perusahaan milik Negara PT. Adhi Karya (Persero), Tbk.
Ditemui disela-sela kesibukanya dikantor, Project Manager PT. Adhi Karya (Persero), Tbk. Adi Sucipto mengatakan, prinsip pembangunan pengaman pantai bermanfaat untuk mengamankan garis pantai. Bangunan penahan pantai ini akan melindungi terjadinya kerusakan akibat abrasi pantai.
‘'Perlunya ada penahan pantai untuk menjaga rusaknya garis pantai yang semakin lama akan tergerus akibat hempasan air pasang. Alhamdulillah saat ini progres kami per akhir Agustus sudah mencapai 60 persen, meskipun belum selesai, beberapa titik yang tadinya terjadi genangan air akibat banjir rob, sekarang sudah tidak lagi,'' katanya.
Dicontohkannya, di depan kantor Direktorat lalulintas Polda Sulteng. Pasca bencana tsunami, sering terjadi genangan akibat rob atau air pasang. Namun dengan mulainya penanganan, lokasi tersebut aman dari genangan air.
‘'Inilah sebabnya harus ada pengaman pantai, contohnya dibagian segmen enam depan Dirlantas selain fungsi pengamanan garis pantai dari abrasi, bangunan pengaman pantai juga dapat meningkatkan ekonomi Kawasan teluk palu dan melindungi infrastruktur lainnya yang ada, seperti jalan '' jelasnya.
Dalam proyek ini, tambah Adi Sucipto, secara tekhnis PT Adhi Karya telah memenuhi unsur semunya dimulai dari pemasangan Geotextile Non-Woven, pemasangan Geotextile GCL dan pekerjaan struktur bangunan pengaman pantai (Coastal Protection) didasarkan pada beberapa parameter antara lain pengamatan pasang surut air, kecepatan angin dan gelombang untuk menentukan elevasi bangunan dan berat batu yang akan digunakan dan dituangkan dalam spesifikasi teknis.
Adi Sucipto mengaku tetap berpegang pada spesifikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seluruh mitra dalam pengawasan ketat. Memastikan seluruh material batu yang digunakan telah melalui uji laboratorium, sesuai spesifikasi yang disyaratkan. Baik ukuran batu sampai dengan ukuran batu yang pengisi yang ditoleransi, semua sesuai spesifikasi dalam perencanaan.
“Sedikit saja menyimpang, kami langsung panggil. Jangan sampai proyek yang didanai begitu besar tapi tidak dibarengi dengan kualitas yang baik. Masyarakat harus menerima manfaat dari pekerjaan ini'' harapnya.
Diakuinya selama proses pelaksanaan pada proyek ini masih menemui kendala di lapangan, khususnya berkaitan dengan keinginan masyarakat sekitar. Namun pihaknya terus mensosialisasikan tujuan dan manfaat bagi masyarakat atas pemasangan tanggul tersebut.
Salah satu yang sempat menjadi hambatan, adanya keinginan masyarakat tentang fasilitas tambatan perahu bagi nelayan pesisir pantai. Keinginan tersebut telah diakomodir dengan melakukan desain untuk tambatan perahu untuk kepentingan masyarakat nelayan. ‘'Yang pasti tambatan perahu akan dibangun. Desain awal yang direncanakan mendapat banyak masukan dari asosiasi nelayan sehingga memerlukan review desain dari tim perencana'' terangnya.
Kini wajah pesisir teluk palu kembali berubah pasca bencana tsunami, pemerintah pusat melalui Kementrian PUPR mengalokasikan anggaran untuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, salah satunya Costal Protection teluk Palu dengan tanggaran yang dikelolah senilai Rp248 miliar.
Kelurahan Silae, Lere, Besusu Barat dan Talise (SILEBETA) yang menjadi sasaran rehab dan rekon pengamanan pantai teluk Palu itu. Kurang lebih 7,2 kilometer tanggul pengaman pantai hancur berantakan setelah dihantam gempa dan tsunami ketika itu.
Saat ini, proyek rehabilitasi dan rekonstruksi pengaman pantai teluk Palu itu tengah berlangsung. Pengamanan pantai teluk Palu kali ini, disebut tangguh bencana SILEBETA. Batu-batu Gajah ditumpuk sepanjang 7 kilometer, mulai bibir pantai teluk Palu dari kelurahan Silae sampai Talise dijejali tumpukan batu gajah, agar kuat dan mampu menahan pecahan ombak setiap hari.