Rancangan anggaran APBD 2022 tidak ramah terhadap upaya kemajuan olahraga di Sulawesi Tengah. Alokasi anggaran Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) justru diprotes dan diminta di evaluasi.
Protes yang dilayangkan anggota DPRD Sulteng Fraksi NasDem Sonny Tjandra pada rapat banggar Jumat 19 Agusutus lalu, terkesan tidak mendukung kemajuan olahraga di Sulawesi Tengah.
Alih-alih angkanya dinaikan guna mendongkrak prestasi para atlet, bujet anggaran KONI Sulteng untuk pembinaan para atlet berprestasi di setiap cabang olahraga justru ditolak dari sebelumnya Rp 9,2 Miliar menjadi 20, 7 Miliar.
Praktisi sosial kemasyarakatan, Supardi mengatakan penolakan alokasi rancangan anggaran untuk pembinaan para atlet berprestasi di setiap cabor akan berpengaruh pada program KONI Sulteng mendatang.
Menurutnya pernyataan anggota Dewan Provinsi asal Dapil kabupaten Poso, Morowali, Morut dan Touna yang meminta agar dana olahraga perlu ditinjau kembali karena terlalu besar, dinilai tidak mendukung kemajuan olahraga di Bumi Tadulako.
Padahal saat ini Dinas Pemuda dan Olahraga bersama K0NI Sulteng, tengah menggenjot agar atlet meraih prestasi dan Sulteng keluar dari zona juru kunci diajang multy event empat tahunan Pekan Olahraga Nasional (PON) serta event olahraga lainnya.
“Bagaimana mau jalan program pembinaan atlet, jika tidak ditunjang dengan pendanaan serta ketersediaan prasarana yang memadai,” kata Supardi, melalui pesan tertulis yang diterima Trilogi, Selasa 23 Agustus 2022.
Supardi menyesalkan pernyataan Sonny Tjandra pada rapat banggar lalu, sangat anomali dengan sikap dan niat besar Bapak Gubernur Sulteng Rusdy Mastura yang telah merancang program Sulteng Emas 2024.
Meski disadari, untuk mewujudkan desain besar olahraga Sulteng tidak bersandar semata pada APBD Sulteng. Karena Tim POKJA Sulteng Emas membangun komitmen dengan sponshorsiip.
Bercermin dengan Provinsi -provonsi lain, tambah Supardi, atlet-atlet selalu menyumbangkan medali baik di ajang nasional maupun internasional karena dana pembinaannya ditunjang oleh emerintah daerah.
“Tidak hanya itu, terjalinnya harmonisasi antara pihak eksekutif, legislatif serta KONI selaku wadah berhimpun cabang olahraga,” jelasnya.
Ia manambahkan jika dana pembinaan olahraga minim, yakin dan percaya jangan pernah bermimpi Sulteng akan di perhitungkan oleh provinsi-provinsi lain. Apalagi dalam waktu dekat berbagai hajatan olahraga akan digelar, seperti Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX di Kabupaten Banggai.
Kemudian Pra POPNAS di Kota Palu, Pekan Olahraga Wartawan Nasional (PORWANAS), serta berbagai event olahraga ditingkat lokal lainnya. Kesemuanya ini tentunya membutuhlan dukungan dana dari Pemerintah melalui Dinas Pemuda dan Olahraga.
“Nah kalau ada anggota dewan yang spektis dengan kemajuan olahraga daerah ini, maka perlu di pertanyakan, konsistensinya,” tandas Supardi.
Ia juga menyarankan sebaiknya anggota dewan tidak hanya fokus pada hal-hal yang sifarnya bisa menguntungkan dirinya. Seperti dana Pokir anggota dewan yang muaranya hanya diperuntukan pada pekerjaan fhisik, bukan pada pembinaan atau pengembangan SDM.
” Saya berharap cara berpikir anggota dewan tidak monoton. Karena saat ini olahraga dari cabor manapun tengah digandrungi masyarakat, sehingga perlu sokongan dan dukungan baik pemerintah maupun legislatif,” pungkasnya.