Meskipun pada ruas koridor itu, diketahui sebagai jalur utama penunjang perekonomian kedua wilayah sekaligus jalur darat menuju sejumlah titik lokasi destinasi wisata yang tersebar di Kabupaten Ampana dan Kabupaten Banggai.
“Kondisi topografi jalan yang berada di antara perbukitan, lereng dan laut. menjadikan permasalahan tersendiri dimana sering terjadi longsor pada lereng atas dan lereng bawah. Penyebab utama longsoran adalah faktor geologis dan cuaca, selain itu juga kemiringan lereng, jenis tanah dan batuan yang cenderung berpasir menjadikan lereng lebih labil dan meningkatkan resiko longsoran” bebernya.
Kamarudin merinci yang menjadi tantangan dan permasalahan tersebut yakni longsoran lereng bawah dan lereng atas dengan type longsoran translasi.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil evaluasi di sejumlah titik rawan longsor yang tersebar sepanjang ruas Marowo-Ampana.
Pada bulan September tahun 2022 lalu, dilaporkan terjadi longsoran di tiga titik pada ruas Ampana-Marowo diantaranya pada penomoran jalan STA 07+500, STA 08+100 dan STA 08+700. Dimana di tiga lokasi itu, tidak masuk dalam penanganan tahun anggaran 2022.
Untuk menjaga jalur tetap fungsional dan bisa dilalui pengguna jalan, PPK 3.1 bersama Satker PJN wilayah III mengusulkan untuk ketambahan anggaran 10 persen yang sebelumnya diperuntukan untuk penanganan banjir berupa pemasangan box culvert dan penanganan debris, kemudian dialokasikan untuk penanganan longsoran.
“Sebagian kami manfaatkan untuk penanganan longsoran berupa pembuatan Box culvert di STA 7+500 dan STA 8+100 dan pembuatan saluran tanah (sementara-red) untuk mengalirkan air hujan dengan tujuan mengurangi gerusan, pembentukan lereng atas dengan sistim Terasiring dan pemasangan DPT di STA 8+700 untuk memotong bidang gelincir pada lokasi yang rentang longsor” tandasnya.
Untuk menjaga kondisi kemantapan ruas jalan nasional yang melintasi dua Kabupaten di Sulawesi Tengah itu, PPK 3.1 Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2023 lalu kembali melaksanakan kegiatan Preservasi ruas jalan Tagolu-Malei-Uekuli-Ampana yang berfokus pada penanganan longsoran berupa penanganan stabilitas lereng bawah pada titik STA 7+500.
Selain itu penanganan efektif longsoran, pada ruas itu juga dilakukan penanganan berupa rekontruksi jalan, penanganan drainase, penggantian jembatan, rehab jembatan, berkala jembatan, pemeliharan rutin jalan, holding, kondisi dan rutin jembatan.
Untuk penanganan longsoran atas dan bawah pada ruas Marowo-Ampana, dilakukan dengan metode design perkuatan tebing menggunakan geotextile non woven, sebagai jaring perlindungan lereng dan pembuatan saluran pelimpah atau spillways.