PT Vale Indonesia Tbk (INCO) saat ini tengah fokus untuk mengarap dua proyek Smelter pabrik pengolahan bijih Nikel di Bahodopi, Kabupaten Morowali, dan Pomalaa, Kabupaten Kolaka.
Sampai akhir November tahun ini, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan proyek smelter Bahodopi akan rampung pada rentang waktu Desember hingga Januari 2022.
Hal ini dibeberkan oleh Direktur Keuangan PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, mengatakan bahwa keputusan investasi final alias final investment decision (FID) untuk proyek Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi, ditargetkan akan rampung pada rentang waktu Desember 2021 – Januari 2022.
Baca Juga : Peduli Kesehatan, PT Vale Serahkan Hibah Gedung Puskesmas ke Pemkab Morowali
“Progres untuk (proyek smelter) Bahodopi masih sesuai dengan harapan semua shareholders,” kata Bernardus, seperti di kutip dari Kontan.co.id pada Senin 29 November 2021.
Pada proyek pabrik pengolahan Nikel di Bahodopi, kata Bernardus, PT Vale Indonesia menggandeng dua mitra perusahaan, yaitu Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Baca Juga : PT Vale gandeng DPRD Sulteng Gagas Pengembangan Ekonomi dalam Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Ketiganya sepakat untuk membentuk perusahaan patungan (JVCo) dan sudah menandatangani dokumen Perjanjian Kerangka Kerjasama untuk pembangunan Proyek Fasilitas Pengolahan bijih Nikel di Bahodopi.
“Dalam perusahaan patungan itu, INCO akan memiliki 49% saham, sedang sebanyak 51% saham JV Co sisanya bakal dimiliki oleh mitra INCO. Nantinya, JVCo ini akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya” bebernya.
Hingga saat, tambah Bernardus, pihaknya tengah mengurusi aspek teknis, perizinan, dan juga pembiayaan untuk proyek Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi.
Baca Juga : Ihktiar Vale Mentransformasi Sumber Daya Mineral Bagi Pertambangan Berkelanjutan
Sementara itu, untuk proyek Smelter Pomalaa, INCO masih melakukan diskusi dengan pihak mitra, yakni Sumitomo Metal Mining (SMM) perihal aspek teknis, perizinan, dan lain-lain.
“Untuk Pomalaa, ada beberapa hal yang masih kami diskusikan dengan partner (Sumitomo) terkait isu komersial, teknis dan perizinan,” jelasnya Bernardus.