Bahasa Daerah Minahasa Nyaris Punah Didaerahnya Sendiri. Masyarakat kita sangat terbuka terhadap perkembangan dan kemajuan serta mudah beradaptasi sehingga lebih mudah menyerap budaya asing.
Budaya asing dianggap lebih modern. Kondisi ini membuat perhatian terhadap budaya sendiri sangat kurang, bahkan dianggap kuno. Padahal, kalau kita peduli dan mempelajari betul kekayaan budaya kita, termsuk bahasa daerah, nilainya sangat tinggi karena di negara lain tidak ada.
Kalau kita bicara bahasa daerah misalnya Tontemboan, Minahasa maka diluar komunitas Tontemboan tidak akan tahu apa yang dibicarakan. Sementara itu, kalau bicara bahasa Inggris atau Jepang atau Belanda atau Perancis, maka orang lain mungkin tahu. Bahkan untuk terjemahan saat ini lebih mudah dengan aplikaai google translate.
Pemerhati budaya Minahasa Irjen Pol (Purn) Dr Benny Joshua Mamoto SH,MH menilai bahasa daerah Minahasa saat ini nyaris punah jika tidak digalakan melalui sistim pendidikan muatan lokal.
Benny justru mempertanyakan dengan bahasa daerah kita? Hanya terbatas yang tahu dan kalau tidak dilestarikan akan punah. Oleh sebab itu kata Benny perlu upaya semua pihak baik oleh pemerintah melalui kebijakan Dinas Pendidikan dengan berbasis Muatan Lokal (Mulok) maupun pengadaan kamus dan bahan ajar serta guru pengajarnya.
“Peran tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan serta tokoh budaya juga sangat diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran arti pentingnya bahasa daerah” kata Benny.
Ketua Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara ini memberik contoh sederhana, mestinya dibuat lomba pidato dan menulis bahasa daerah, wajib bahasa daerah pada hari tertentu di sekolah. Begitu juga sambutan Hukum Tua dengan menggunakan bahasa daerah.
“Ini artinya kita membangkitkan budaya atas keperdulian bahasa daerah ditengah anak cucu kita. Bahasa ini adalah alat pemersatu dimanapun kita berada dan perlu berikan penghargaan buat keluarga yang masih gunakan bahasa daerah sehari hari” kata Benny.
Kepada Koran Trilogi mantan Deputi Pemberantasan Narkotik BNN ini mengatakan pihak yayasannya yang terbitkan dan yang inisiasi membentuk Tim penyusun kamus termasuk dirinya juga, Dan sejumlah kamus bahasa daerah sudah masuk edisi ke empat.
Menurut Benny kamus pertama bahasa Tontemboan Minahasa telah diluncurkan di acara Dies Natalis FIB Universitas Indonesia (UI)di Depok. Karena kebetulan kata Benny dirinya sebagai Ketua Panitia Bidang Budaya. Semua anggota Tim ikut hadir dari Manado. Diluncurkan di dpn para Guru Besar FIB UI.
“Saya sengaja meluncurkan kamus di acara yg bergengsi supaya memberi kebanggaan bagi komunitasnya. Kamus bahasa Pasan Ratahan diluncurkan oleh Ibu Menkopolhukam di Tompaso dan Saya sudah buat MoU dengan pihak Unsrat dan Unima tentang pengembangan bahasa daerah ini” katanya.
Terpisah tokoh Kawanua Sulawesi Utara Max Wilar mengatakan manusia berbahasa ibarat burung bersayap (George H. Lewis). Menurut Wilar bahasa daerah laksana sayap yang kita miliki pada mulanya untuk ziarah ke adab dan peradaban si tou timou tumou tou.
“Bila kita melupakan bahasa daerah yang pada mulanya adalah bahasa Ibu, maka kita kehilangan sayap dan ibu sekaligus. Perlu sekali bahasa daerah diajarkan untuk generasi Tou Minahasa jangan sampai punah didaerahnya sendiri” kata Max Wilar.
Dari pengamatan Koran Trilogi saat berkunjung ke Langowan Minahasa tidak terdengar bahasa daerah Tontemboan. Bahkan ketika ditanyakan beberapa keluarga, mereka menyatakan sudah jarang diucapkan meskipun saat berada diacara kerukunan. Yang justru masih terdengar bahasa Gorontalo dan bahasa Jawa bagi warga pendatang yang memiliki usaha dan bermukim di daerah ini.
Great post and straight to the point. I don’t know
if this is really the best place to ask but do you folks have any thoughts on where
to employ some professional writers? Thanks 🙂
Very interesting details you have mentioned,
thank you for posting.!
Very interesting details you have remarked, regards for posting.
Travel guide