Kawasan hutan terdesak dampak kegiatan pertambangan yang masif di wilayah itu. Melibatkan korporasi kakap. Alih fungsi hutan di daerah kaya nikel itu dituding menjadi musabab banjir yang merendam Tujuh Desa di Kabupaten Morowali Utara satu pekan lalu.
Hancurnya ekositem hutan di kawasan itu, ditenggarai ikut memperparah bencana banjir yang terjadi pada Kamis 4 April 2023 itu.
Bencana banjir di daerah kaya akan nikel itu, bukan hanya karena tingginya curah hujan, akan tetapi juga akibat kerusakan lingkungan.
Pemerhati lingkungan, Rully Hadju, kepada Media Konsorsium Sulawesi Tengah meminta Pemerintah agar mengevaluasi pemberian izin pertambangan dan menegur pemilik perusahaan industri yang dituding mengesploitasi kawasan hutan secara serampangan.
Dia menyatakan, banjir yang sudah memberi dampak bagi 2.335 Kepala Keluarga (KK) di tujuh desa tersebut ditenggarai bermula dari kacaunya pengelolaan lingkungan dan perizinan lahan yang membuat daya tampung air dan daya dukung lingkungan di Morowali Utara rusak.
“PT MPR itu beroperasi sejak tahun 2012. Lokasi tambangnya persis di atas pegunungan dalam lingkar Kota Kolonedale. Banjir yang terjadi saat ini akumulasi dampak lingkungan operasi tambang PT MPR” katanya.
Rully Hadju mengatakan hujan besar yang terjadi merata di seluruh wilayah Sulawesi Tengah kali ini sudah di prediksi sebelumnya, tapi minimnya daya tampung air dan lingkungan rusak membuat banjir kali ini cukup berat karena sudah menrendam tujuh desa sekaligus.
“Secara kasat mata bisa melihat kerusakan hutan dan lingkungan tepat di atas ata rumah penduduk. Untuk itu saya menyarankan agar inspektur tambang tidak lagi mempertahankan aktifitas tambang ini” ujarnya.
Aktivis lingkungan itu meminta agar Pemerintah menegakan hukum berupa pencabutan izin tambang di kawasan penting bagi lingkungan. Selain itu, pemerintah juga wajib mendesak pihak perusahaan untuk memulihkan kerusakan alam yang sudah terjadi.
“Kerusakan yang ditimbulkan sudah tidak berbanding lurus dengan kerugian sosial dan lingkungan yang ditimbulkan saat ini” pintanya.
Berdasarkan data rilis yang dihimpun melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD, Kabupaten Morowali Utara, disebutkan sekitar 2.335 KK terdampak banjir di tujuh desa di wilayah itu.
Tujuh desa yang terdampak itu diantaranya Desa Tompira, Onepute, Togo, Sampalowo, Bunta, Moleono, dan Ulula'a.